ITS Konsisten Berkontribusi dalam Pentahelix Mitigasi Bencana

Dalam upaya pencegahan risiko kebencanaan yang masif, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus berupaya memberikan kontribusi yang terbaik.

ITS Konsisten Berkontribusi dalam Pentahelix Mitigasi Bencana
Para narasumber Dialog Interaktif di Luar Studio Kentongan RRI Surabaya saat berdiskusi terkait peran kampus dan seluruh pihak dalam pentahelix mitigasi bencana.

Surabaya, HARIANBANGSA.net - Dalam upaya pencegahan risiko kebencanaan yang masif, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus berupaya memberikan kontribusi yang terbaik. Komitmen ini disampaikan langsung oleh Rektor ITS Bambang Pramujati lewat Dialog Interaktif di Luar Studio Kentongan. Acara ini merupakan program acara Radio Republik Indonesia (RRI) Surabaya yang bertempat di Gedung Rektorat ITS, Selasa (15/5) sore.

Dalam penjelasannya, Bambang mengatakan bahwa ITS sebagai institusi pendidikan sejatinya berperan besar dalam upaya mitigasi bencana. Secara khusus, dalam pentahelix atau segi lima yang melibatkan pemerintah, media, komunitas, akademisi, serta pengusaha ini, ITS mengambil peran pada proses edukasi dan kajian terkait risiko bencana maupun mitigasinya.

Langkah serius ITS dalam mengkaji permasalahan ini, menurut Bambang, ditunjukkan lewat pembentukan Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI). Pusat penelitian ini secara rinci menawarkan dan menurunkan ide-ide pengurangan risiko bencana dan perubahan iklim melalui hasil riset beragam keilmuan. “Hasil kajiannya kemudian dipublikasikan dan dijadikan bahan acuan untuk sinergi penyelesaian masalah dengan pihak lainnya,” terangnya.

Selain kajian, mantan wakil rektor IV ITS ini pun mengungkapkan, ITS juga telah berperan aktif dan turun tangan langsung dalam upaya penyelesaian masalah ini dengan membentuk tim khusus. Bahkan, Bambang mengatakan bahwa tim ITS Tanggap Bencana yang dibentuk pada 2018 ini terjun langsung untuk membantu korban gempa Lombok di tahun yang sama. Tim ini akhirnya berubah nama menjadi satuan tugas (satgas) kemanusiaan yang juga membantu menangani permasalahan Covid-19.

Secara penerapan dalam kampus, Bambang memaparkan bahwa ITS selalu menampilkan video petunjuk keselamatan untuk memberi edukasi saat terjadi bencana. Selain itu, tersedia pula petunjuk arah dan petunjuk keselamatan di setiap gedung departemen serta unit kerja di ITS. Untuk membantu secara lebih komprehensif, ITS juga menyediakan kontak pengaduan yang akan diarahkan menuju petugas yang terkait.

Ke depannya, Bambang menegaskan bahwa ITS tidak akan berhenti untuk memberikan kontribusi maksimalnya dalam upaya mengoptimalisasi pentahelix mitigasi bencana. Secara lebih komprehensif, ITS tidak hanya akan berfokus pada kajian mitigasi tetapi juga mulai memberi edukasi dan membantu upaya restorasi pascabencana. “Tentu dengan melibatkan  juga mahasiswa dan seluruh elemen kampus di dalamnya untuk berkontribusi langsung ke masyarakat,” imbuhnya.

Selaras dengan penjelasan Bambang, pakar terkait kebencanaan Masyarakat Tangguh Indonesia (MTI) sekaligus peneliti senior dari Puslit MKPI ITS Amien Widodo mengungkapkan, edukasi yang diterima masyarakat untuk menghadapi bencana masih belum menyeluruh. Alih-alih menganggap bencana sebagai sebuah alarm bahaya, masih banyak masyarakat yang menerima bencana sebagai sebuah takdir. “Hal ini harus segera diputus lewat peran ITS dan seluruh pihak dalam pentahelix ini,” tandas dosen Departemen Teknik Geofisika ITS ini mengingatkan.

Adapun terkait peran pihak lainnya yakni dari sisi pemeritah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Surabaya Agus Hebi Djuniantoro yang turut hadir menjelaskan bahwa pemerintah mengambil bagian dalam pembuatan aturan dan penanganan masyarakat yang lebih umum.

Sedangkan dari sisi komunitas yang diwakilkan oleh Srikandi Siaga Bencana Jawa Timur Dwi Rossantiana. Menurutnya, komunitas mengambil peran untuk membantu edukasi dan aksi nyata yang lebih dekat dengan masyarakat.(rd)