Stunting di Tuban Masih Tinggi, Perlu Penanganan Akar Rumput

"Karena masih tinggi, maka memacu kita agar semua anggota bekerja maksimal," terang Menik Musyahadah, Kamis (27/1).

Stunting di Tuban Masih Tinggi, Perlu Penanganan Akar Rumput

Tuban, HB.net - Jumlah stunting atau anak kurang gizi di Kabupaten Tuban terbilang masih tinggi. Terhitung saat ini angkanya berkisar 25,1 persen dan melampaui rata-rata provinsi sebesar 23 persen dan nasional di kisaran 24,4 persen. Ketua Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Menik Musyahadah menyampaikan, kini Persagi telah melakukan berbagai aksi bersama cegah stunting dan obesitas.

"Karena masih tinggi, maka memacu kita agar semua anggota bekerja maksimal," terang Menik Musyahadah, Kamis (27/1).

Menurutnya, penanganan stunting menjadi program prioritas dari Mas Bupati Tuban. Oleh sebab itu, perlu terjalin singkronisasi program Pemkab Tuban dalam mengatasi stunting. Termasuk memaksimalkan program sosialisasi serta edukasi tentang pentingnya gizi.

"Kami juga akan ekerjasama dengan Bunda PAUD agar penanganan bisa dilakukan hingga di akar rumput," tegas Menik begitu disapa.

Kata dia, kerja sama dengan berbagai pihak akan lebih baik. Sebab, memaksimalkan program intervensi yang dilakukan untuk pencegahan stunting di Kabupaten Tuban.

"Selain angka stunting semakin tinggi, jumlah obesitas di Kabupaten Tuban juga meningkat dimasa pandemi. Untuk balita 3,8 persen dan untuk usia 18 tahun keatas ada di angka 21,8 persen," bebernya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan KB (Dinkes P2KB) Tuban, de Bambang Priyo Utomo menjelaskan, penanganan stunting tidak bisa dilakukan oleh Dinkes P2KB saja akan tetapi lintas sektoral. Selain kita bekerja sesuai SO yang ada, kita akan gandeng OPD terkait seperti Dinas Pendidikan, Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan, dan OPD terkait lainnya.

“Bagai gayung bersambut, penanganan stunting tidak hanya menjadi fokus kesehatan nasional tapi juga menjadi program Mas Bupati saat ini,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, stunting juga menjadi salah satu indikator kemiskinan. Untuk itu, penanganan stunting menjadi urgensi yang harus segera diselesaikan. Memutus matarantai stunting dengan cara memperhatikan gizi ibu hamil, hingga pada 1000 Hari Pertama Kelahiran (HPK). Seluruh petugas gizi memiliki kewajiban untuk mengedukasi masyarakat.

"Kita punya 72 ahli gizi yang tersebar di semua rumah sakit dan 33 puskesmas. Mereka bertugas untuk memberikan edukasi kepada ibu, calon ibu, sampai remaja," pungkasnya.(wan/ns)