Pj Ketua Dekranasda Roadshow Datangi Pengrajin Batik di Probolinggo
Ditemui di sela-sela giat yang dimulai sekira jam 9 pagi itu, Ibu satu orang putra ini menyampaikan setelah berkeliling ke beberapa pembatik, ia baru mengetahui bahwa sebagian besar motif dari pembatik Kota Probolinggo bermotif mangga anggur dan pesisiran dengan warna cerah. Meskipun ada beberapa yang menggunakan pewarnaan alam.
Probolinggo, HB.net - Penjabat (Pj) Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Probolinggo Dewi Maharani Nurkholis lakukan Roadshow dan Silaturahmi dengan pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Bidang Konveksi, di 5 lokasi berbeda. Giat ini bertujuan untuk melihat proses perkembangan usaha konveksi batik dan bordir di Kota Probolinggo.
“Kita roadshow hari ini ke pembatik, sebetulnya mereka itu udah bagus-bagus batiknya. Cuma perlu pelatihan lagi soal pewarnaan, desain, supaya lebih bagus,” kata Dewi Maharani Nurkholis.
Adapun lokasi roadshow yang dikunjungi adalah UMKM Batik D’Aisha di Jalan Mawar Permai Kelurahan Sukabumi, Mayangan. UMKM Batik Bordir Rizza di Jalan Soekarno Hatta Kelurahan Tisnonegaran, Kanigaran. UMKM Batik Manggur di Jalan KH Sulthon Kelurahan Triwung Kidul, Kademangan dan UMKM Batik Poerwa di Jalan Angguran Jaya Kelurahan Kebonsari Kulon, Kanigaran.
Ditemui di sela-sela giat yang dimulai sekira jam 9 pagi itu, Ibu satu orang putra ini menyampaikan setelah berkeliling ke beberapa pembatik, ia baru mengetahui bahwa sebagian besar motif dari pembatik Kota Probolinggo bermotif mangga anggur dan pesisiran dengan warna cerah. Meskipun ada beberapa yang menggunakan pewarnaan alam.
Sebagai salah satu kota yang berada di pesisir Jawa Timur dan kota transit (antara wilayah barat yaitu Surabaya, Pasuruan dengan wilayah timur seperti Situbondo, Banyuwangi serta wilayah selatan seperti Lumajang dan Jember), hal tersebut menurutnya akan mempengaruhi budaya Kota Probolinggo.
“Pebatik itu harus tahu filosofi batik yang dibuatnya. Selain itu, batik Kota Probolinggo juga harus memiliki identitas kuat yang mampu membedakan dengan batik daerah yang lain, baik dari corak dan ragamnya. Jadi pas dipake, orang yang melihat juga akan langsung tahu, Ooh ini pasti batik dari Kota Probolinggo, begitu,” ujarnya.
Hal itu dinilai oleh perempuan yang sekaligus menjabat sebagai Dewan Pembina Puteri Indonesia Jawa Timur itu, sebagai tantangan bagi Kota Probolinggo yang harus diwujudkan dengan aksi nyata beragam bentuk kegiatan dan pengenalan. Seperti sarasehan, bertemu dengan tokoh masyarakat, pembatik, ataupun melalui diskusi-diskusi.
“Saya berharap Kota Probolinggo ke depan mempunyai ikon khusus. Nah kalau sesuatu sudah dijadikan ikon itu, berarti sudah selamanya (melekat),” tegasnya. (ndi/diy)