Tali Asih Diduga Upaya Adu Domba Masyarakat Desa

Menurut Rukun Tani Sumberejo Pakel, pemberian uang tersebut bukan tanpa pamrih. Mereka menduga ada timbal balik besar yang diinginkan oleh pihak inisiator untuk melancarkan niat jahatnya memecah belah warga desa.

Tali Asih Diduga Upaya Adu Domba Masyarakat Desa
Ratusan warga yang tergabung Rukun Tani Sumberejo Pakel deklarasikan tolak Tali Asih.

Banyuwangi, HB.net - Rukun Tani Sumberejo Pakel mengungkapkan adanya dugaan upaya untuk memecah belah masyarakat desa oleh pihak berwenang dan sebuah perusahaan perkebunan. Dugaan ini muncul setelah pemberian uang sebesar Rp 3 juta per kepala yang disebut sebagai "tali asih" kepada warga.

Menurut Rukun Tani Sumberejo Pakel, pemberian uang tersebut bukan tanpa pamrih. Mereka menduga ada timbal balik besar yang diinginkan oleh pihak inisiator untuk melancarkan niat jahatnya memecah belah warga desa.

"Masyarakat yang bukan Rukun Tani dan warga luar yang mengambil uang 'tali asih' tidak menyadari bahwa mereka sedang terjerat dalam niat jahat pihak perkebunan yang sejak dulu senang menindas rakyat dengan kerakusannya," ungkap Rukun Tani Sumberejo Pakel melalui media sosial Instagram @rukunpakel yang telah memberikan izin Harian Bangsa mengutipnya, Jumat (17/05/2024).

Dikabarkan, beberapa lahan kebun milik warga yang mengambil "tali asih" ditebang oleh orang tidak dikenal. Rukun Tani memastikan tidak ada anggotanya yang terlibat dalam penebangan tersebut. Mereka justru ingin menciptakan keharmonisan di desa daripada bermusuhan dengan sesama warga.

"Dugaan besar kami, ada orang bayaran perusahaan atau penginisiator yang bergerak dalam bayang-bayang untuk menebang kebun warga bukan Rukun Tani demi menciptakan kemarahan," tulis mereka.

Kemudian, Rukun Tani didiskreditkan seolah-olah merekalah yang melakukan penebangan, meski tidak ada bukti. Padahal, berita tersebut muncul sebelum Rukun Tani sendiri mendengar kabar penebangan.

Mereka mengaitkan dugaan ini dengan inisiatif "tali asih" yang dianggap awal upaya memecah belah warga desa. Setelah pemberian uang dinilai belum cukup, pihak terkait diduga melancarkan aksi langsung menghasut warga.

"Cara ini warisan kolonialisme Belanda. Upaya politik adu domba sama seperti di masa penjajahan dulu," ujar Rukun Tani, mengecam orang-orang yang mendukung para penindas dan menghina warga yang membela tanah airnya.

Sebelumnya atas inisiatif Kapolresta Banyuwangi, Kombes Pol. Nanang Haryono, kedua belah pihak diupayakan untuk mencapai kesepakatan mengakhiri perselisihan dengan menjalin kerjasama menguntungkan.

Warga yang menyetujui kemitraan menandatangani surat pernyataan di hadapan Kapolresta, Camat Licin, dan perangkat desa Rabu (24/04/2024). Warga akan dipekerjakan merawat tanaman di perkebunan dan diizinkan bertani tumpangsari. PT Bumisari juga memberikan apresiasi kepada warga berupa "Tali Asih".

Bos PT Bumisari, Goenawan Soegondo, menyambut baik kesepakatan ini. Dia membutuhkan banyak pekerja untuk memperbaiki perkebunan. Dia pun berharap terciptanya hubungan baik antara warga dan PT Bumisari dapat membawa kemajuan dan kesejahteraan.

Namun masih banyak warga pakel yang tak setuju atas inisiasi. Mereka yang tergabung dalam rukun tani Sumberejo pakel kekeh berjuang mempertahankan tanah yang menjadi konflik berkepanjangan. (guh/diy)