Tingginya Pernikahan Dini di Bondowoso, Berdampak Kematian Ibu dan Bayi

Kabid Dalduk (Pengendalian Penduduk) DPPKB Bondowoso, Dr Untung Kuzairi M.Kes mengatakan, ada hubungan antara pernikahan dini dengan angka kematian ibu dan bayi yang terjadi.

Tingginya Pernikahan Dini di Bondowoso, Berdampak Kematian Ibu dan Bayi
Kabid Dalduk (Pengendalian Penduduk) DPPKB Bondowoso, Dr Untung Kuzairi M.Kes
Tingginya Pernikahan Dini di Bondowoso, Berdampak Kematian Ibu dan Bayi

BONDOWOSO,HB.net - Angka pernikahan dini (perempuan di bawah 20 tahun), di Kabupaten Bondowoso, ternyata masih tinggi. Sepanjang Tahun 2020 mencapai 37 persen. Berdasarkan data dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (DPPKB) Bondowoso, paling tinggi di Kecamatan Wringin, disusul Maesan, Tlogosari, Grujugan dan seterusnya.

Kabid Dalduk (Pengendalian Penduduk) DPPKB Bondowoso, Dr Untung Kuzairi M.Kes mengatakan, ada hubungan antara pernikahan dini dengan angka kematian ibu dan bayi yang terjadi. "Pernyataan tersebut dibenarkan oleh seorang ahli kandungan dan kebidanan, bahwa ada hubungan antara kesiapan organ reproduksi dengan usia ibu ketika hamil," ujarnya kemarin.

Menurutnya, kematangan organ reproduksi saat usia sudah cukup dewasa menjadi lebih baik. "Serta bisa menjadi faktor penentu dari kesehatan dan keselamatan waktu melahirkan nantinya," imbuhnya.

Data dihimpun, angka kematian ibu melahirkan dan bayi di Bondowoso pada 2020, yaitu angka kematian ibu sebanyak 19 ibu atau 177,4/100.000 kelahiran hidup dan kematian bayi 168 kasus atau 15,6/1000 kelahiran hidup.

"Kematian ibu dan bayi ini menjadi perhatian kita bersama. Salah satunya dengan mencegah pernikahan dini dan pernikahan pada anak," tambahnya. Pihaknya terus berupaya meningkatkan kesadaran bersama tentang Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP), pembangunan keluarga masyarakat secara luas terutama pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

"Akhirnya, muara dari PUP ini diharapkan dapat meningkatkan IPM Kabupaten Bondowoso," paparnya. Sementara IPM Bondowoso pada 2020 kemarin berkisar pada angka 66,43 atau tumbuh 0,51 persen dibandingkan tahun yang lalu yang ada dh angka IPM 66,09.

"Namun jika dibanding dengan IPM nasional, Kabupaten Bondowoso masih di bawah rata-rata. IPM nasional yakni pada angka 71,94," ungkapnya. Paling tidak dengan adanya PUP ini diharapkan dapat meningkatkan harapan hidup masyarakat Bondowoso, dengan mencegah kematian ibu dan bayi.

Kedua, dapat meningkatkan angka lama sekolah, karena waktu belajar lebih lama tidak terburu-buru untuk menikah lebih dahulu. "Dan yang ketiga, mencegah dan menekan angka KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) dan perceraian yang masih tinggi di kabupaten Bondowoso. Inilah pentingnya mencegah pernikahan dini," pungkasnya. (gik/diy)