Cegah Ekonomi Merosot, MTI Jatim Desak Harga BBM Diturunkan
Sidoarjo, HARIAN BANGSA - Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Jawa Timur meminta pemerintah menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) seiring anjloknya harga minyak mentah dunia. Penyesuaian harga BBM itu diharapkan bisa mencegah merosotnya perekonomian akibat wabah Covid-19.
Ketua MTI Jawa Timur Bambang Haryo Soekartono mengatakan, turunnya harga BBM, subsidi dan nonsubsidi, sangat penting. Sebab bisa membantu industri maupun UMKM. Turunnya harga BBM menjadi stimulus positif perekonomian makro Indonesia.
"Apalagi, saat kondisi ekonomi terdampak pandemi Covid-19. Energi yang murah dapat menjadi stimulus bagi sektor riil agar ekonomi tetap bergerak," cetusnya, di Sidoarjo, kemarin.
Kata Bambang Haryo, seharusnya pemerintah menyesuaikan harga BBM dengan harga minyak mentah dunia. Sehingga saat minyak mentah dunia turun, harga BBM di Indonesia juga turun. Mantan anggota Komisi VI DPR RI periode 2014-2019 ini menjelaskan, di sejumlah negara lain sudah menyesuaikan tarif dan harga BBM berdasarkan harga minyak mentah dunia. Misalnya sejumlah negara di Eropa kerap menyerahkan harga BBM sesuai mekanisme pasar.
Belum turunnya harga BBM itu, kata pria yang karib dipanggil BHS ini, menduga adanya permainan mafia energi. Karena itu dia meminta Presiden Joko Widodo dan menteri terkait bertindak tegas terhadap para mafia migas tersebut.
"Saya yakin Pak Presiden Jokowi maupun Menteri Keuangan Sri Mulyani bakal menentang permainan mafia minyak," cetus penerima penghargaan Honorary Mention dari Alumni Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (FTK ITS) ini.
Bambang menguraikan jika harga BBM turun, maka akan menurunkan tarif listrik sehingga mengurangi beban biaya listrik yang dipakai industri, UMKM hingga rumah tangga. Apalagi, sekitar 80 persen biaya pembangkit listrik berasal dari energi seperti solar dan batu bara. Saat harga BBM turun, maka tarif listrik bisa turun sekitar 25 sampai 50 persen.
"Apalagi harga batu bara saat ini sudah merosot lebih dari 50 persen. Karena tidak ada transparansi, maka tarif BBM dan listrik selama ini tetap mahal," jelas alumnus ITS ini.
Selain mengingatkan pemerintah perlunya energi murah untuk menjaga dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, Bambang Haryo meminta pemerintah juga memberantas mafia pangan. Bambang menduga sejumlah komoditas pangan masih dikendalikan oleh mafia pangan. Dia mencontohkan harga gula yang mencapai Rp 17.000 sampai Rp18.000 perkilo saat pandemi Covid-19. Bambang meminta Satgas Pangan turun tangan. (sta/rd)