Dongkrak Penggunaan EBT, PLN Co-firing Biomassa di 8 PLTU
Hingga April 2021, PLN telah berhasil melakukan implementasi co-firing secara komersial pada 8 PLTU tersebar yakni, PLTU Paiton, Jeranjang, Ketapang, Sanggau, Pacitan, Suralaya dan Anggrek
Jakarta, HB.net – PT PLN (Persero) menargetkan peningkatan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) menjadi 23 persen (GW) pada tahun 2025. Guna mencapai target tersebut, salah satu langkah yang dijalankan PLN yakni melaksanakan implementasi co-firing pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Indonesia.
Hingga April 2021, PLN telah berhasil melakukan implementasi co-firing secara komersial pada 8 PLTU tersebar yakni, PLTU Paiton, Jeranjang, Ketapang, Sanggau, Pacitan, Suralaya dan Anggrek. Selain itu, PLN juga sedang melakukan uji coba pada 29 unit PLTU di seluruh Indonesia. Jumlah ini akan terus bertambah sesuai roadmap yang telah ditetapkan.
Seperti diketahui, co-firing merupakan proses pengoperasian PLTU menggunakan campuran bahan bakar batu bara dengan 5-10 persen biomassa. PLN berencana untuk dapat melakukan co-firing pada 52 lokasi PLTU Batubara eksisting milik PLN pada tahun 2024.
Salah satu pengujian co-firing dilakukan di PLTU Pacitan dengan total energi Green yang dibangkitkan mencapai 14.776 Mega Watt (MW) atau rata-rata 1.685 MWh/bulan. Sedangkan kapasitas terpasang sebesar 315 MW.
Bahan bakar biomassa yang digunakan untuk proses pengujian co-firing PLTU Pacitan adalah serbuk gergaji (sawdust). Serbuk gergaji tersebut diperoleh dari beberapa industri penggergaji kayu disekitar daerah Pacitan.
Pengujian co-firing yang telah dilakukan dengan komposisi campuran sawdust 3 persen dan 5 persen menunjukkan hasil yang cukup memuaskan. Parameter operasional peralatan tetap aman selama masa ujicoba dan emisi yang dihasilkan masih dibawah Baku Mutu Emis sesuai Permen KLHK No. 15 Tahun 2019.
"Setelah melihat hasil evaluasi pelaksanaan ujicoba co-firing ini, PLTU Pacitan telah melanjutkan co-firing ke tahap komersil pada tanggal 7 Desember 2020, sehingga dapat mendukung secara penuh Program Transformasi PLN dalam aspek Green” ujar Executive Vice President Komunikasi Korporat & CSR PLN, Agung Murdifi dalam siaran pers yang diterima HARIAN BANGSA, Rabu (5/05).
Pembangkit EBT menghasilkan energi listrik yang ramah lingkungan. Gas Rumah Kaca (GRK) dan polutan seperti SO2, NOx, particulate matter, serta merkuri yang dihasilkan energi baru terbarukan lebih kecil dibandingkan energi fossil. Penelitian ilmiah membuktikan, bahwa GRK berkontribusi terhadap pemanasan global dan perubahan iklim, sedangkan polutan dari hasil pembak*aran bahan bakar fosil berdampak negatif terhadap kesehatan manusia. Pengoperasian pembangkit EBT menjadi salah satu solusi dalam mengurangi dampak negatif tersebut.
PLN akan terus berkomitmen untuk mendukung penuh penggunaan energi yang ramah lingkungan guna membantu menciptakan lingkungan yang berkelanjutan bagi generasi mendatang. (mid/ns)