Incip Lontong Cap Go Meh, Ketahui Filosofinya
Surabaya, HARIAN BANGSA - Masyarakat Tionghoa tentunya kental dengan perayaan Cap Go Meh. Perayaan ini identik dengan sajian makanan khasnya, yaitu Lontong Cap Go Meh. Namun sebenarnya masih ada beberapa makanan yang selalu hadir saat perayaan Cap Go Meh khususnya di Indonesia. Yakni buah jeruk, kue keranjang, kue mangkok, kue kura-kura, dan kue wajik.
Salah satu warga Tionghoa yang juga penggemar makanan Cap Go Meh, Liem Tiong Yang mengatakan, dalam satu porsi lengkap Lontong Cap Go Meh terdiri dari berbagai sayuran dan lauk. Makanan ini memiliki filosofi, di antaranya lontong berarti kemasan sederhana. Namun terpenting adalah bisa membuat kenyang.
Opor ayam bermakna dengan bekerja ibarat ayam yang mencari makan dengan "eker-eker" pun pasti bisa makan. Sayur rebung (bambu muda) artinya bambu yang beruas-ruas dan meningkat dengan harapan kita akan kuat menghadapi cobaan kehidupan,” jelasnya.
Bubuk kacang kedelai bermakna sesuatu dimulai dari yang terkecil. Telur punya makna menghasilkan sesuatu. Sementara serundeng atau parutan kelapa maknanya bahwa pohon kelapa secara keseluruhan berguna. Artinya sebagai manusia bisa berguna bagi banyak orang.
"Kira-kira seperti itulah makna filosofi makanan Lontong Cap Go Meh. Ada harapan dan doa yang diaplikasikan melalui simbol makanan," ujar Liem yang juga sebagai Tim Klenteng Boenbio di Surabaya.
Ia menambahkan bahwa mnurut kepercayaan masyarakat Cina, buah jeruk dilambangkan sebagai pembawa kemakmuran dan harta yang melimpah. Untuk kue keranjang memiliki filosofi pembawa keberuntungan.
"Kue mangkok dipercaya rejeki akan mekar. Kue kura-kura dipercaya umur panjang dan ketahanan. Dan kue wajik bermakna kehidupan yang manis dan meningkat taraf hidupnya," kata Liem.
Di beberapa tempat ibadah seperti Klenteng Boenbio ini juga pastinya merayakan Cap Go Meh.(sby1/rd)