Premiere School of Ballet Butuh 5 Bulan untuk Mempersiapkan Balet Moana
Butuh 5 bulan untuk mempertunjukkan seni tari balet yang memikat penonton.
Surabaya, HARIANBANGSA.net – Butuh 5 bulan untuk mempertunjukkan seni tari balet yang memikat penonton. Itulah yang dilakukan oleh para siswa Premiere School of Ballet di Gedung Cak Durasim, Jalan Genteng Kali, Surabaya, Sabtu (1/2).
Dengan mengadaptasi film kartun Moana buatan Disney, pertunjukan balet selama satu jam itu digelar tanpa dialog apapun. Para siswa dari kursus balet yang sudah berdiri sejak tahun 2001 ini memang sudah mempersiapkan dengan matang jauh-jauh hari. Hasil, pertunjukan ini berhasil memikat mata dan hati penonton Gedung Cak Durasim.
Pertunjukan ballet ini dimulai dari ketika Moana masih kecil. Diiringi lagu How Far I’ll Go, dalam sekejap Moana kecil berubah menjadi remaja, yang diperankan oleh Farahdhila, murid Grade 5 di Premiere School of Ballet.
Persis seperti cerita di film, Moana kemudian mengarungi lautan untuk mengembalikan Heart of Te Fiti agar Pulau Motunui terlepas dari kutukan. Moana dibantu oleh Maui, manusia setengah dewa, yang diperankan oleh Michael, murid sekaligus pengajar dance hip hop di Premiere.
Perjalanan Moana dan Maui pun diwarnai berbagai macam kejutan. Mulai dari serangan dari bajak laut Kakamora, melihat meteor bertaburan, hingga masuk ke goa kepiting raksasa Tamatoa. Tentu saja, puncak dari produksi tari Moana ini adalah pertemuan antara Moana dengan Te Ka, yang tidak lain adalah Te Fiti.
Meski tak ada satu pun dialog, keseluruhan jalan cerita Moana ini sangat mudah dipahami. Bahkan oleh penonton anak kecil. Berkat pemilihan lagu yang tepat serta pembawaan karakter yang mendalam di setiap perannya, Premiere School of Ballet berhasil membawakan inti cerita dari Moana. Tarian yang dinamis, enerjik, dan anggun oleh murid-murid Premiere School of Ballet membuat penonton tak berpaling sedetik pun.
Principal & Artistic Director Premiere School of Ballet Sylvi Panggawean mengakui bahwa tidak mudah membuat produksi karya orisinil seperti ini. “Premiere School of Ballet memakan waktu kurang lebih 5 bulan untuk persiapan, mulai dari memilih lagu, membuat gerakan, menyiapkan kostum, dan tentunya melatih anak-anak. Baik murid dari Surabaya maupun cabang Premiere Malang,” cerita Sylvi Panggawean di balik panggung, Sabtu (1/2).
Hal ini dilakukan Sylvi supaya bisa menari dengan bagus. Hebatnya, proses pembuatan koreografi sendiri justru memakan waktu paling singkat, yaitu tidak sampai 1 bulan. “Beberapa bulan terakhir adalah bulan tersibuk di sepanjang sejarah Premiere School of Ballet. Setelah melaksanakan ujian balet dengan Royal Academy of Dance London, baik guru dan murid langsung fokus berlatih untuk pementasan Moana ini,” tukasnya.
Belum lagi, ada beberapa project lepasan lain yang diikuti oleh murid-murid Premiere School of Ballet. Namun, berkat dukungan orang tua murid dan semangat anak-anak yang sangat suka menari, semuanya bisa berjalan dan terselesaikan dengan baik.
“Saya sangat berterima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu terselenggaranya acara ini, para guru, murid-murid Premiere, orang tua murid, dan volunteer yang sudah membantu,” kataya.
Ia juga mengucapkan ucapkan terima kasih untuk para sponsor, seperti Duta Raya Makmur, Ban Leng, Kodomo, dan Mercure Hotels. “Semoga karya original balet Moana yang kami bawakan ini dapat menginspirasi teman-teman pelaku seni tari se-Surabaya untuk berani berkarya, berani mengemas cerita dalam sebuah tarian panjang, dan memberikan kesempatan bagi penari-penari untuk tampil di atas panggung besar,” jelasnya.
Menurut Sylvi Panggawean, Moana menceritakan tentang ketangguhan diri dan jiwa petualangan. Inti cerita ini tentang orang yang pantang menyerah dan punya keyakinan bisa membantu menyelamatkan negerinya.(rd)