Kemarau Melanda, Warga Tamanagung Gelar Tiban
Ketua pelaksana, Davit, berharap, diadakannya tiban di Tamanagung adalah untuk melestarikan budaya Tiban di Banyuwangi dan sebagai ajang silaturahmi bagi para penggiat tiban, baik dari Banyuwangi maupun dari luar kabupaten.
Banyuwangi, HB.net - Warga Desa Tamanagung, Kecamatan Cluring, berharap hujan turun dengan menggelar acara Tiban di lapangan desa setempat. Para jawara tiban dari berbagai wilayah berkumpul untuk saling adu cambuk di bawah sinar matahari, sembari diiringi oleh gamelan khas tiban.
Jawara tiban yang terlibat dalam adu cambuk tidak bisa menghindar, akhirnya punggung dan kedua tangannya berlumuran darah. Cambuk yang digunakan dalam kesenian warisan leluhur ini terbuat dari kulit atau welat bambu apus, dililit dengan lidi aren, dan rapiah.
"Pasti meninggalkan luka sabetan. Lihat saja punggung saya," terang Dedit Setiawan (31), seorang penggiat tiban dari Dusun Cemetuk, Desa Cluring, Kecamatan Cluring, setelah mengikuti pagelaran tiban.
Menurutnya, aturan main dalam tiban adalah dua jawara naik ke atas ring untuk saling beradu cambuk satu lawan satu. Masing-masing diberi kesempatan untuk menyabetkan cambuk sebanyak tiga kali dan menangkis tiga kali secara bergantian. Mereka diingatkan untuk tidak menggunakan amarah. Setelah selesai, keduanya bersalaman sebagai bentuk persaudaraan.
"Harus menghindari mencambuk bagian leher ke atas dan perut ke bawah. Pelanggaran aturan ini akan mengurangi satu cambukan dari total tiga cambukan," jelas Dedit.
Ketua pelaksana, Davit, berharap, diadakannya tiban di Tamanagung adalah untuk melestarikan budaya Tiban di Banyuwangi dan sebagai ajang silaturahmi bagi para penggiat tiban, baik dari Banyuwangi maupun dari luar kabupaten.
Selain itu, penyelenggaraan tiban ini bertujuan untuk memohon dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar di tengah kemarau panjang saat ini, hujan turun dan menghindarkan bencana kekeringan. "Demikian harapan kami," pungkas Davit. (guh/diy)