Menjawab Perubahan Iklim Melalui Kepemimpinan

Diskusi antara panelis ahli dari instansi pemerintah, korporasi, lembaga keuangan dan investasi, serta himpunan asosiasi lingkungan hidup seputar aksi iklim menjadi sorotan utama Temasek Shophouse Conversations (TSC) yang diselenggarakan oleh Temasek Foundation.

Menjawab Perubahan Iklim Melalui Kepemimpinan
Temasek Shophouse Conversations mengajak aksi bersama para pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan untuk mengatasi dampak dari perubahan iklim

Jakarta, HARIAN BANGSA.net - Diskusi antara panelis ahli dari instansi pemerintah, korporasi, lembaga keuangan dan investasi, serta himpunan asosiasi lingkungan hidup seputar aksi iklim menjadi sorotan utama Temasek Shophouse Conversations (TSC) yang diselenggarakan oleh Temasek Foundation.

Acara virtual yang dihadiri sekitar 1.000 peserta ini merupakan bagian dari rangkaian acara untuk mengajak para pemimpin di sektor publik, swasta dan komunitas. Mereka bersama-sama mendiskusikan kolaborasi multi-sektor dan mendorong aksi untuk menjawab tantangan sosial dan lingkungan hidup demi meraih tujuan bersama. Baik di kawasan maupun di dunia. 

Acara yang bertajuk Climate Action dan bertema Leadership in a Sustainability Journey ini menampilkan sesi-sesi utama dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia, Siti Nurbaya Bakar dan Menteri Pembangunan Nasional Singapura, Desmond Lee.

Chief Executive Officer Temasek Foundation Mr Ng Boon Heong, mengatakan, perubahan iklim adalah ancaman yang masih terus menimpa manusia dan membutuhkan respon bersama dan berkelanjutan dari semua sektor. Kerja sama dan kemitraan lokal maupun global sangat penting untuk menangani hal ini.

“Negara-negara akan mendapatkan banyak manfaat dari saling bertukar pembelajaran dan praktik terbaik saat mereka bergerak maju menuju keberlanjutan,” ujarnya, akhir pecan lalu.

Temasek Shophouse Conversations menegaskan pentingnya aksi iklim yang lebih kuat dari berbagai sudut pandang dalam konteks lokal dan dunia. Platform ini menargetkan untuk saling bertukar gagasan dan menciptakan kesadaran yang lebih besar akan upaya terhadap lingkungan yang dilakukan baik di wilayah maupun di dunia.

“Kami yakin ini akan menginspirasi peserta untuk mengambil tindakan sesuai dengan kapasitas mereka,” imbuhnya.

Asia Tenggara adalah salah satu wilayah yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Jika dibiarkan, perubahan iklim tidak hanya memberikan efek lingkungan yang tidak bisa diperbaiki, namun juga dampak ekonomi yang sangat merugikan.

Asian Development Bank (ADB) memperkirakan Asia Tenggara bisa mengalami kerugian yang lebih besar dari wilayah-wilayah lain di dunia. Hal ini bisa menggerus 11persen Produk Domestik Bruto wilayah hingga akhir abad ini. Pasalnya, sektor-sektor kunci seperti pertanian, pariwisata, dan perikanan  bersama dengan kesehatan manusia dan produktivitas tenaga kerja yang menjadi korbannya.

Acara ini juga akan menampilkan peluncuran buku Steering a Middle Course: From Activist to Secretary General of Golkar karya Sarwono Kusumaatmadja, ketua Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia

Buku yang diterjemahkan dan diterbitkan oleh ISEAS Publishing. Buku ini menggali kehidupan Sarwono dari masa mudanya sebagai aktivis, hingga saat dia memasuki dunia politik dan berpengaruh dalam perubahan dan reformasi tata kelola dalam administrasi publik dan lingkungan hidup.

Direktur Eksekutif YKAN  Herlina Hartanto mengatakan, senang jadi bagian dari Temasek Shophouse Conversations, platform yang sangat bagus untuk melakukan diskusi penting dan mendapatkan inspirasi untuk melakukan aksi.

Ajakan kedua adalah undangan dari para muda-mudi berusia 40 tahun ke bawah dari Singapura dan kawasan untuk menjadi advokat dan pembuat perubahan guna memajukan ketahanan iklim di masyarakat. Inisiatif bernama Youth Action for Climate ini mengajak orang muda untuk menyumbangkan ide dalam memerangai krisis iklim dan membentuk masa depan berkelanjutan.(rd)