Pemprov Jatim Sediakan 5.000 Dosis Vaksin unutk Umsida 

Pemprov Jatim Sediakan 5.000 Dosis Vaksin unutk Umsida 

Sidoarjo, HB.net  -  Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim), menyediakan 5.000 dosis vaksin di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida). Yang diperuntukkan bagi Keluarga Besar Umsida, serta masyarakat sekitar kampus. 

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa secara langsung meninjau proses vaksinasi di Umsida. Khofifah menyampaikan terima kasih atas keterlibatan Umsida, membantu percepatan vaksinasi. 

"Bahwa ada strong partnership diantara seluruh ikhtiar kita untuk membangun kehidupan yang sehat, masyarakat bisa terkindungi dari kemungkinan terpapar Covid-19," kata Gubernur, Selasa (10/8). 

Distribusi vaksin yang diterapkan Pemprov Jatim adalah FIFO system, First In First Out. Apabila vaksin dikirim, maka langsung vaksin itu disistribusikan ke Kabupaten Kota, dan secepatnya diberikan kepada masyarakat. 

"Maka jikalau berkenan, kalau sekarang ada 5000 dosis, saya rasa hari ini kita bisa nambah 5000 dosis lagi Pak Rektor. Supaya percepatan bisa kita lakukan," imbuh Khofifah. 

Khofifah berpesan kepada Bupati Walikota tiga wilayah aglomerasi, yakni Surabaya, Sidoarjo dan Gresik, sehingga ketiga daerah ini dimintanya bersama sama mempercepat vaksinasi. 

"Tidak bisa, kalau vaksinasi di Surabaya sudah melampaui 70 persen, lalu Sidoarjo tidak digenjot gak bisa, ini harus jadi satu. Pendekatannya pendekatan aglomerasi," tandas dia. 

Oleh karena itu, lanjut Khofifah, elemen elemen yang menjadi penguat percepatan vaksinasi, sangat dibutuhkan. Diantaranya adalah TNI, Polri, Perguruan Tinggi, dan Pondok Pesantren.

Rektor Umsida, Hidayatullah berharap, dengan melakukan vaksinasi, pandemi Covid-19 ini cepat terkendali. Sehingga seluruh Dosen dan mahasiswa dalam keadaan kondusif untuk memulai kuliah offline. 

"Kita berencata tahun akademik 2021-2022, itu bisa memanfaatkan perkuliahan secara hybrid learning," ujarnya. 

Menurut Hidayatullah, berdasarkan evaluasi perkuliahan secara daring atau online selama 1,5 tahun ini, dinilainya kurang efektif. Terlebih bagi mahasiawa dengan mata kuliah praktikum. 

'Karena kita mengevaluasi satu tahun setengah berjalan ini, semua merasakan sangat sangat kurang efektif ya, apalagi mereka yang harus praktikum di kampus," imbuhnya. (dev/ns)