Pengusaha di Banyuwangi Divonis 8 Bulan Penjara
Ketua Majelis Hakim Dr. I Gede Yuliartha, S.H., M.H. dalam amar putusannya menyatakan, "Agus Sudirman terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah kepada negara, menggunakan akta autentik yang dipalsukan sesuai dakwaan penuntut umum".
Banyuwangi, HB.net - Pengadilan Negeri Banyuwangi menjatuhkan vonis 8 bulan penjara kepada Agus Sudirman alias Sinwa (78), Senin (9/9/2024). Pengusaha di Banyuwangi ini dinyatakan bersalah karena menggunakan akta autentik hibah yang dipalsukan.
Ketua Majelis Hakim Dr. I Gede Yuliartha, S.H., M.H. dalam amar putusannya menyatakan, "Agus Sudirman terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah kepada negara, menggunakan akta autentik yang dipalsukan sesuai dakwaan penuntut umum".
Meskipun demikian, vonis yang dijatuhkan lebih ringan dari tuntutan jaksa yang semula meminta hukuman 1 tahun penjara. "Menjatuhkan pidana kepada terdakwa yaitu pidana penjara selama 8 bulan dikurangi 1/5 masa tahanan kota. Terdakwa tetap ditahan," lanjut Gede.
Menanggapi putusan tersebut, Eko Sutrisno S.H., kuasa hukum terdakwa, menyatakan akan mempertimbangkan langkah hukum selanjutnya dalam waktu 7 hari ke depan. "Apakah menerima putusan atau banding," kata Eko dalam pesan WhatsApp nya.
Kasus ini bermula dari retaknya rumah tangga Agus dengan istri keduanya, Sulfia Irani. Pasangan tanpa anak yang menikah pada 15 Oktober 2003 dan resmi bercerai pada 22 April 2022 ini memiliki harta gono-gini berupa sejumlah aset tanah.
Konflik rumah tangga yang terjadi pada 2017 mendorong Agus untuk menghibahkan aset-aset tersebut kepada 4 anak kandungnya dari perkawinan sebelumnya tanpa persetujuan Sulfia.
Pengalihan kepemilikan harta gono-gini ini dilakukan melalui dugaan pemalsuan tanda tangan dalam akta-akta hibah nomor 16, 17, 364, 305, dan 304. Sulfia dengan tegas menyangkal keaslian tanda tangannya pada dokumen-dokumen tersebut.
Hasil pemeriksaan grafonomi kriminalistik dari laboratorium forensik Polda Jatim pun mengonfirmasi bahwa tanda tangan pada akta-akta hibah tersebut tidak identik dengan tanda tangan Sulfia.
Kesaksian PPAT Fanny Sulistyanto Setiabudi memperkuat dugaan pemalsuan ini. Fanny menyatakan bahwa baik Agus maupun Sulfia tidak hadir secara langsung saat penandatanganan akta-akta hibah. Ia juga mengaku tidak menyaksikan langsung proses penandatanganan, sehingga meragukan keasliannya.
Dua saksi lainnya, Dimas dan Wahyudi, dalam persidangan mengungkapkan bahwa mereka hanya menyaksikan Agus menandatangani akta-akta hibah di rumahnya. Setelah itu, dokumen-dokumen tersebut dibawa Agus ke dalam rumah dan tak lama kemudian kembali dalam keadaan telah lengkap tertandatangani. Akibat peristiwa ini, Sulfia Irani mengalami kerugian hingga Rp 15 miliar. (guh/diy)