Produk Batik Probolinggo Tembus Mancanegara
Lelaki yang pernah menjabat sebagai kepala bagian pemasaran ekspor di Pabrik Kertas Leces ini bercerita jika dia mulai belajar membatik pada 2010. Namun pada waktu itu dirinya belum bisa fokus sepenuhnya pada batik karena tengah merintis usaha di bidang kuliner dalam waktu yang sama.
Probolinggo, HB.net - Pembatik Larasati yang berbakal pelatihan dari Pemkot Probolinggo. Kini, diakui dunia. Galeri Batik yang dimiliki Mujiono ini sudah tembus mancanegara. Semua hasil karyanya, sudah diperjual belikan di luar negara. Apalagi, batik tulis yang dibuatnyaini tak ada yang sama, sekalipun diproduksi dalam waktu yang sama dan dibuat dalam tema motif yang mirip.
“Filosofi yang saya angkat adalah one design, one product, satu desain satu produk. Karena kami minimalis di dana, minimalis di tempat, minimalis juga di tenaga kerja, sehingga saya tidak bisa melakukan produksi massal. Karena itu kemudian satu produk seperti sejadah itu desainnya ya hanya satu saja. Alhamdulillah dapat nomor,” ujar Bapak 5 anak ini.
Lelaki yang pernah menjabat sebagai kepala bagian pemasaran ekspor di Pabrik Kertas Leces ini bercerita jika dia mulai belajar membatik pada 2010. Namun pada waktu itu dirinya belum bisa fokus sepenuhnya pada batik karena tengah merintis usaha di bidang kuliner dalam waktu yang sama.
Usaha tersebut ia rintis berdua bersama istrinya yang berstatus ASN di lingkungan Pemkot Probolinggo. Namun karena istrinya berstatus ASN dan terikat pada jam kerja yang pasti, Pak Breng yang kemudian menjadi pihak yang sibuk ke sana ke mari menghadiri pelatihan dan belajar pada ahlinya.
Sebagai perajin batik yang tidak memiliki kultur turun temurun, ia menyadari jika semua harus dipelajari dari nol. Ia bersyukur selama ini Pemkot Probolinggo selalu memfasilitasi pengembangan Batik Probolinggo dengan menggandeng perajin batik seperti dirinya.
“Saya mendapat pelatihan batik warna alam. Saya ambil ilmunya kemudian saya praktikkan di rumah. Saya ambil bahan-bahan yang tersedia di alam, baik yang ada di sini maupun hanya dijual di luar kota. Saya pelajari, ramu hingga tahu bagaiman rumusnya untuk mendapat warna tertentu. Dalam proses tersebut puluhan meter kain terbuang untuk proyek percobaan warna. Namun setelah itu saya puas dengan hasilnya,” ujarnya.
Kain batik warna alam miliknya pun kemudian dilirik oleh desainer Lia Afif yang digandeng Pemkot Probolinggo untuk membuat karya terbarunya. Karya-karya itu kemudian dipamerkan di JF3 Fashion Week beberapa waktu lalu. Bahkan Aminah Hadi, Ketua Dekranasda Kota Probolinggo menyukai batik warna alam karyanya hingga meminta dibuatkan yang mirip untuk dipakai Wali Kota Probolinggo, Habib Hadi Zainal Abidin.
Sebagai perajin batik, dia pun merasa alat yang disediakan Pemerintah Kota Probolinggo agar batik terus berkembang, sudah cukup lengkap. “Kini giliran perajin batik seperti saya ini yang fokus berkarya dan mengembangkan produk. Karena kalua kita fokus, karya kita pasti laku dan dilirik. Karya batik saya sudah jalan-jalan ke Haiti, Amerika, Ausralia, Paris dan Singapura,” ungkap Mujiono.
Terkait dengan pembinaan pembatik lokal, Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah dan Perdagangan Kota Probolinggo, Fitriawati mengatakan pihaknya konsisten memberikan support pada pengembangan Batik Kota Probolinggo. (ndi/diy)