Puluhan Petani Cabai di Dawarblandong Mendadak Jadi Jutawan

Tingginya harga cabai merah pasaran membawa berkah bagi para petani. Tidak terkecuali di Desa Pucuk, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto.

Puluhan Petani Cabai di Dawarblandong Mendadak Jadi Jutawan
Listiono dengan mobil yang baru dibelinya.

Mojokerto, HARIAN BANGSA.net - Tingginya harga cabai merah pasaran membawa berkah bagi para petani. Tidak terkecuali di Desa Pucuk, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto. Sebanyak 50 orang petani membeli sepeda motor Scoopy, PCX, bahkan ada yang membeli Avanza sampai Ertiga.

Di antara para jutawan petani cabei merah itu adalah Listiono. Ia mendapat untung sekitar Rp 200 juta selama kurun 2 bulan ini. Ia menjelaskan bahwa lahan seluas 8.000 meter persegi itu bisa memperoleh hasil sejumlah 4 kuintal.

"Baru kali ini, saya bisa panen cabai dengan harga yang melambung tinggi seperti ini. Panen cabai ini kami lakukan tiap minggu," terang Listiono.

Menurutnya, kalau awal-awal bisa mencapai Rp 90 ribu per kilogram, kami kumpulkan hasilnya. Perkiraan sekitar Rp 200 juta. Maka kami belikan mobil karena anak saya tinggal di Lumajang. Jadi butuh kendaraan," sambungnya.

Di akhir musim panen ini, petani memilih menanam palawija. Alhasil manajemen keuangan dari keuntungan ini bisa diatur dengan baik.

"Sisanya kami simpan, persiapan untuk tanam cabai berikutnya serta kebutuhan hidup. Kalau sekarang harga cabai sudah turun menjadi Rp 30 ribu per kilogram," jelas Listiono, (31/3)

Seperti halnya Ngatiyo (48), warga Desa Pucuk mengungkapkan, bisa memanen tanaman cabainya mencapai 2 kuintal dari luas sawahnya yang berukuran 1 hektare.

"Lahan kami sekitar 1 hektare. Cuma yang kami tanami cabai sekitar 8.000 meter persegi. Sekali panen, bisa mencapai 2 kuintal. Saat bertani cabai saya sisihkan Rp 50 juta untuk renovasi rumah," ungkap Ngatiyo.

Ngatiyo menjelaskan juga bahwa harga panen turun jauh. Pada saat awal musim panen harga mencapai Rp 95 perkilonya. Namun sekarang hampir separonya.

Hasil dari bertani cabai ini digunakan untuk membayar utang dan  merenovasi rumah. Sisanya disimpan untuk bertani selanjutnya.

Sedangkan Kepala Desa Pucuk, Nanang, membenarkan hal warganya meningkat kesejahteraannya di tengah pedasnya harga cabai. "Benar Mas. Di desa ini ada enam dusun. Ada 50 petani yang bisa membeli sepeda motor merk Scoopy dan PCX. Ada yang beli mobil Avanza hingga Ertiga," ungkap Nanang

Lahan persawahan warga yang ditanami adalah lahan pribadi. Sementara beberapa orang memanfaatkan lahan kayu putih milik Perhutani. "Tak hanya itu. Ada juga yang sampai bisa merenovasi rumahnya. Jenis sawah di Desa Pucuk ini adalah tadah hujan. Jadi petani cabai mulai bercocok tanam saat hujan," pungkasnya,(ris/rd)