Targetkan Zero Stunting Tahun 2024, Inilah Upaya Pemkot Mojokerto
Pemerintah Kota (Pemkot) Mojokerto terus berupaya maksimal dalam menargetkan Kota Mojokerto Zero Stunting di tahun 2024.
Mojokerto, HARIANBANGSA.net - Pemerintah Kota (Pemkot) Mojokerto terus berupaya maksimal dalam menargetkan Kota Mojokerto Zero Stunting di tahun 2024. Hal itu disampaikan Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari saat menghadiri kegiatan gerakan aktifkan posyandu para kader motivator Dinas Kesehatan Kota Mojokerto di Kelurahan Balongsari dan Wates, Rabu (1/11).
Dalam penjelasannya, Ning Ita sapaan akrab Wali Kota Mojokerto, menyampaikan bahwa dalam mencapai target zero stunting tersebut, telah dilakukan dua intervensi. Yaitu intervensi gizi spesifik yang ditujukan kepada anak dalam 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Serta intervensi gizi sensitif dengan melakukan berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan dan merupakan kerja sama pihak terkait.
Untuk mendukung pencapaian target, Ning Ita juga menyerahkan puluhan Antropometri Kit secara simbolis kepada para kader motivator di setiap kelurahan. Antropometri Kit merupakan alat ukur yang berfungsi untuk pengukuran berat badan, panjang, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan kepala. Antropometri Kit juga merupakan alat penting dalam mendeteksi stunting pada anak.
"Prioritas di Kota Mojokerto, saya ulangi lagi prioritas di Kota Mojokerto, untuk menyelesaikan bayi balita stunting agar menjadi 0. Yaitu pertama, supaya jangan sampai ada bayi stunting baru. Kita berikan pembinaan maupun intervensi dengan berbagai jenis vitamin dan bantuan makanan sehat kepada para calon pengantin dan ibu hamil sampai melahirkan,” jelas Ning Ita.
Bila ada stunting, lanjutnya, tetap diberikan pendampingan bantuan makanan sehat dan vitamin supaya segera berat badannya menjadi normal dan sehat. Hal ini merupakan tugas kita semua yang menjadi prioritas di Kota Mojokerto.
“Maka untuk menuju zero stunting, tidak hanya vitamin dan bantuan permakanan, tapi juga bagaimana penggunaan alat-alat yang digunakan untuk mengukur bayi ini. Alat yang terstandar sesuai dengan yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan," imbuhnya.
Ning Ita berharap dengan alat ini nantinya bayi yang diukur melalui penimbangan dan pengukuran tinggi badannya, datanya adalah data yang diakui. Sehingga nanti dilaporkan oleh Dinkes ke aplikasi RPP DBM.
"Semoga, adanya alat yang tersandarisasi dari Kemenkes ini, data yang kita sajikan terkait dengan jumlah bayi balita stunting ini benar-benar data riil, yang angkanya semakin hari harus semakin menurun, yang menunjukkan bahwa jumlah stuntingnya menurun,” ungkap Ning Ita.
Selain itu, kader motivator semakin semangat karena ini tugas kemanusiaan. Tugas yang melayani masyarakat, karena ini menjadi bagian dari amal jariyah untuk bekal nanti di akhirat.
Sementara itu, Kepala Dinkes PPKB Kota Mojokerto Farida Mariana mengatakan, kegiatan ini difokuskan dalam rangkaian penanganan dan pengendalian stunting di Kota Mojokerto. Prevalensi stunting di Kota Mojokerto sebenarnya sudah jauh lebih rendah daripada target nasional maupun provinsi. Sebenarnya target nasional adalah 14 persen atau di bawahnya. Sementara prevalensi stunting di Kota Mojokerto tahun 2022 sudah mencapai 3,12 persen berdasar data RPP DBM.
“Angka ini terus menurun. Hingga kemarin di akhir bulan September prevalensi stunting Kota Mojokerto sudah mencapai 2,26 persen. Sesuai amanah dari Ibu Wali Kota, kita harus tetap terus semangat, karena targetnya adalah zero new stunting tahun 2024," kata Farida. (ADV/ris/rd)