Tradisi Adat Keboan Jaga Identitas Budaya
Tradisi adat keboan yang digelar setiap tahun pada bulan Suro atau Muharam diawali dengan selamatan kampung di jalan utama desa. Dan usai selamatan di empat penjuru desa (ider bumi). Bersamaan itu, sejumlah petani yang telah kerasukan siap menjalani ritual Keboan.
Banyuwangi, HB.net - Permintaan warga Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi ruah di jalanan dengan antusias menyaksikan tradisi adat keboan warisan leluhur yang merupakan kegiatan tahunan dalam rangka mempertahankan adat istiadat dan budaya di zaman gempuran tengah.
Tradisi adat keboan yang digelar setiap tahun pada bulan Suro atau Muharam diawali dengan selamatan kampung di jalan utama desa. Dan usai selamatan di empat penjuru desa (ider bumi). Bersamaan itu, sejumlah petani yang telah kerasukan siap menjalani ritual Keboan.
Mereka lalu berkeliling desa mengikuti empat penjuru mata angin. Saat berkeliling desa inilah, para "kerbau" itu bertingkah layaknya siklus cocok tanam, mulai dari membajak sawah, mengairi, hingga menabur benih padi.
Ketua DPRD Kabupaten Banyuwangi, I Made Cahyana Negara yang berkesempatan hadir dalam acara tersebut menyampaikan, tradisi adat menjadi salah satu elemen yang penting dalam membentuk identitas budaya suatu daerah atau suku. tradisi adat mencerminkan sejarah, nilai-nilai, dan norma-norma yang dipegang oleh masyarakat setempat.
Selain tradisi adat juga memiliki peran penting dalam memperkuat hubungan sosial dan kebersamaan antar anggota masyarakat. melalui tradisi adat, masyarakat dapat saling berinteraksi, berkolaborasi, dan membangun solidaritas.
"Tradisi adat Keboan Desa Aliyan ini juga merupakan wadah yang mengandung pengetahuan dan kearifan lokal yang telah teruji selama bertahun-tahun. Pelestarian tradisi adat keboan berarti wawasan pengetahuan dan kearifan lokal yang berharga bagi perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat,” ujar Ketua DPC PDI Perjuangan Banyuwangi ini.
Melestarikan tradisi adat berarti menjaga keberlanjutan identitas budaya, konservasi pengetahuan dan kearifan lokal, serta mendorong pengembangan pariwisata budaya.
”Dengan pendidikan, dukungan pemerintah, dan kolaborasi yang baik, tradisi adat keboan Desa Aliyan ini dapat terus hidup dan menjadi kebanggaan bagi generasi sekarang dan mendatang,” ucap Made.
Sekedar diketahui, di Banyuwangi sendiri, hanya terdapat dua desa yang masih menjalankan tradisi ini, yaitu Desa Aliyan dan Alasmalang. Di desa Aliyan, tradisi ini dilakukan dalam lima tahap. Tahap pertama adalah tahap persiapan dengan memasang umbul-umbul di sepanjang jalan desa.
Tahap kedua dengan membuat kubangan yang lokasinya disesuaikan rute arak-arakan manusia kerbau. Tahap ketiga dengan membuat gunungan hasil bumi berupa buah-buahan dan hasil bumi lainnya. Tahap keempat dengan mengarak manusia kerbau ke seluruh penjuru desa. Tahap terakhir adalah ngurit, yaitu mempersembahkan benih padi kepada para petani untuk ditanam. (guh/diy)