"Banyuwangi Kolo Semono" Potret Masa Lalu Bumi Blambangan Hidup Kembali
Seakan mesin waktu, pengunjung diajak bernostalgia pada masa silam Banyuwangi. Jajanan tradisional seperti rujak soto, kue cucur, dan bagiak mengingatkan pada nikmatnya kuliner kuno.
Banyuwangi, HB.net - Pemkab Banyuwangi menghadirkan Banyuwangi Kolo Semono, ajang yang membangkitkan kembali cerita sejarah, budaya, dan tradisi Bumi Blambangan tempo dulu yang berlangsung pada 3-7 Juni 2024. Digelar di halaman museum Disbudpar, acara ini sukses mencuri perhatian masyarakat lintas usia.
Seakan mesin waktu, pengunjung diajak bernostalgia pada masa silam Banyuwangi. Jajanan tradisional seperti rujak soto, kue cucur, dan bagiak mengingatkan pada nikmatnya kuliner kuno. Barang-barang antik, kerajinan kayu dan bambu, hingga pijat tradisional menghamparkan serpihan kehidupan leluhur.
"Ini upaya menyatukan masa lalu, kini, dan masa depan. Semoga bisa menguatkan kolaborasi untuk membangun Banyuwangi," tutur Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani saat mengunjungi acara tersebut.
Selain suguhan nostalgia, pertunjukan budaya turut memeriahkan suasana. Tari jaranan, musik tradisi, sinden, dan teater menghibur pengunjung. Atmosfer semakin meriah dengan kontes permainan tradisional yang seru.
Museum Blambangan yang berdiri megah di lokasi acara memberi kesempatan untuk menelusuri sejarah lebih dalam. Koleksi 4.300 bendanya merekam empat periode; prasejarah, Hindu-Buddha, Islam, hingga kolonial.
"Dengan mengenal sejarah, masyarakat akan semakin mencintai daerahnya," harap Ipuk. Ia mengajak masyarakat merawat kearifan lokal agar identitas Banyuwangi tak luntur ditelan zaman.
Event sukses ini tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga menggerakkan roda perekonomian. Taufik Rohman dari Disbudpar mengungkapkan, transaksi pelaku UMKM mulai kuliner, batik, kerajinan, jamu tradisional, pakaian jadi, hingga aksesoris mencapai puluhan juta rupiah per harinya. "Jadi ini bukan sekadar ajang pelestarian budaya, namun juga upaya menggerakkan perekonomian warga," ucap Taufik.
Salah satu pengunjung terpana, Olivia (22), Museum Blambangan koleksinya lengkap. “Kita jadi memahami sejarah Banyuwangi," ucapnya takjub. “Banyuwangi Kolo Semono sejatinya bukan sekedar acara, tetapi pijakan awal untuk menghidupkan kembali roh Bumi Blambangan,” pungkasnya. (guh/diy)