Polemik Kuota Pegawai P3K di Jember
Menurut Sekretaris Komisi D DPRD Jember, Edi Cahyo Purnomo, persoalan P3K ini masih menjadi pekerjaan rumah hampir disetiap daerah di Indonesia.
Jember, HB.net - Persoalan kuota Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) di Indonesia memang masih menjadi perbincangan hangat, salah satunya di Kabupaten Jember. Komisi D DPRD Jember pun menilai bahwa perekrutan PPPK harus melihat kekuatan anggaran setiap daerah, dan harus berimbang dalam melakukan perekrutan.
Menurut Sekretaris Komisi D DPRD Jember, Edi Cahyo Purnomo, persoalan P3K ini masih menjadi pekerjaan rumah hampir disetiap daerah di Indonesia. "Karena ada kebimbangan, satu sisi banyak tenaga yang ingin masuk menjdi P3K, sedangkan sisi lainya Pemerintah juga harus mempertimbangkan anggaran untuk belanja pegawai," ungkapnya, Sabtu (27/01/2024).
Untuk itu, pemerintah daerah juga tidak bisa asal merekrerut karena memang kuota yang tersedia sepenuhnya keputusan dari Pemerintah pusat. Apalagi saat ini pihaknya mengungkap belanja pegawai di lingkungan Pemkab Jember sudah lebih dari 30 dari total anggaran.
"Itu salah satu pertimbangan juga tahun kemarin kalau tidak salah hanya 201 formasi, kalau dipaksakan bisa-bisa masuk 40 persen untuk belanja pegawai saja, tentunya yang harus dikorbankan keperluan lain, contoh seperti perbaikan, pembangunan dan pengembangan infrastrukur terbengkalai," imbuhnya.
Maka, pihaknya mengusulkan agar perekrtutan bisa dilakukan namun haris seimbang dengan pegawai yang pensiun. Ia meyakini dengan itu tidak akan membebani anggaran untuk belanja pegawai. Selain itu, untuk kuota sendiri pihaknya berharap Pemkab Jember juga bisa berkomunikasi ke Pemerintah pusat agar ada penambahan kuota P3K di Jember.
"Bisa tetap merekrut P3K tapi lihat juga pegawai yang pensiun , misal yang pensian tahun ini ada 100 ya direkrut juga harus 100. Nah kalau urusan kuota itu tergantung Pemkab juga untuk lobi ke pusat," katanya.
Ia juga mengatakan, kepada tenaga honorer khususnya guru, yang sudah bekerja sudah betahun-tahun bisa mengupgarde diri dengan mengikuti perkembangan jaman, agar bisa bersaing dengan yang muda saat seleksi P3K.
"Karena dilapangan masih ada saja tenaga honorer yang kerja hampir 20 tahun kalah saing dengan yang muda saat seleksi itu, hal karena merasa lebih senior. Jaman sekarang jangan lagi mengandalkan pengabdian tapi skil juga harus di upgrade," pungasnya. (aji/yud/diy)