Ribuan Warga Lidah Wetan Gaungkan Sejarah Sawunggaling di Napak Tilas SBN 2024
Sebanyak 2.000 warga Kelurahan Lidah Wetan, Kecamatan Lakarsantri Surabaya, mengikuti kegiatan Napak Tilas Sembrani Bumi Nusantara (SBN) 2024.
Surabaya, HARIANBANGSA.net - Sebanyak 2.000 warga Kelurahan Lidah Wetan, Kecamatan Lakarsantri Surabaya, mengikuti kegiatan Napak Tilas Sembrani Bumi Nusantara (SBN) 2024. Napak tilas tersebut dimulai pukul 11.00 WIB dari halaman Kelurahan Lidah Wetan dan berakhir di Balai Pemuda Surabaya, Minggu (22/9) malam.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi yang turut hadir dalam acara tersebut, menekankan pentingnya menjaga sejarah dan budaya sebagai identitas bangsa. Karena itu, ia mengapresiasi Lidah Wetan yang dinilainya berhasil dalam menggerakkan semangat budaya di wilayahnya.
"Karena bangsa yang baik adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah dan budayanya. Hari ini kita diberikan contoh oleh Kecamatan Lakarsantri dan Kelurahan Lidah Wetan yang luar biasa, yang terus menggerakkan budaya-budayanya di Lidah Wetan," kata Eri di Balai Pemuda Surabaya.
Ia berharap, Kelurahan Lidah Wetan dapat terus memperkuat identitas budaya, terutama dalam setiap kegiatan pembangunan di wilayah tersebut. Karenanya, ia menekankan pentingnya sinergi antara kegiatan dan nilai-nilai budaya lokal.
"Sehingga kalau buat kegiatan, mulai disinergikan dengan kegiatan budaya. Contoh kalau bangun seperti gedung serbaguna, ya disinergikan bentuknya dengan bentuk budayanya. Maka ini akan menjadi kekuatan yang luar biasa di Lidah Wetan Lakarsantri," jelas Cak Eri, panggilan lekat Wali Kota Surabaya.
Oleh sebab itu, Cak Eri juga menyarankan agar pembangunan di Lidah Wetan, termasuk kampung tematik, diintegrasikan dengan ciri khas budaya Sawunggaling. Hal ini bertujuan agar wisatawan yang berkunjung ke Surabaya dapat mengenal sejarah dan budaya kota melalui ikon-ikon lokal, seperti Lidah Wetan.
"Sehingga kalau ada pengunjung atau wisatawan datang ke Surabaya tanya sejarah Sawunggaling, maka bisa dilihat sejarahnya di Lidah Wetan, Kecamatan Lakarsantri," harapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Cak Eri juga mengajak seluruh elemen masyarakat, mulai dari Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK), RT-RW, hingga jajaran kelurahan dan kecamatan untuk bersama-sama menjaga dan melestarikan budaya lokal. "Semoga dengan napak tilas malam ini memberikan semangat bagi LPMK, RT-RW, seluruh warga Lidah Wetan dan pemerintah kota, untuk membangun kampung tematik Lidah Wetan dengan semangat budaya Sawunggaling," tuturnya.
Di kesempatan yang sama, Camat Lakarsantri Kota Surabaya Yongky Kuspriyanto Wibowo menjelaskan bahwa Napak Tilas SBN 2024 ini merupakan bagian dari rangkaian acara Sedekah Bumi Kelurahan Lidah Wetan. "Rangkaian sedekah bumi mulai tanggal 7-29 September 2024. Puncaknya tanggal 29 September ada pagelaran wayang kulit di halaman Kelurahan Lidah Wetan," kata Yongki.
Ia mengungkapkan bahwa napak tilas ini mengangkat cerita Joko Berek, yang dikenal sebagai Raden Sawunggaling. Menurut cerita, Joko Berek, yang kerap menjadi bahan ejekan karena tidak memiliki orang tua, akhirnya mencari ayahnya di Kadipaten Surabaya (sekarang Balai Kota Surabaya).
Dengan membawa selendang yang diberikan ibunya, Joko Berek bertemu Kanjeng Adipati Jayengrono III yang ternyata adalah ayah kandungnya. Hingga singkat cerita, Joko Berek pada akhirnya ditetapkan sebagai penerus Adipati Jayengrono. "Tahun lalu kami juga melakukan napak tilas ini, dan tahun ini kami melanjutkannya sebagai upaya melestarikan budaya Surabaya," tutup Yongki. (ari/rd)