Virtus Showcase Dorong Awareness Keamanan Siber Perusahaan
Setelah 2 tahun tidak diadakan karena pandemi Covid-19, PT Virtus Technology Indonesia (Virtus), penyedia solusi infrastruktur digital dan anak perusahaan CTI Group, kembali menggelar Virtus Showcase 2022 di Surabaya.
Surabaya, HARIANBANGSA.net - Setelah 2 tahun tidak diadakan karena pandemi Covid-19, PT Virtus Technology Indonesia (Virtus), penyedia solusi infrastruktur digital dan anak perusahaan CTI Group, kembali menggelar Virtus Showcase 2022 di Surabaya.
Melanjutkan ajang tahunan Virtus yang sebelumnya telah diselenggarakan di Jakarta pada 15 September 2022 lalu, Virtus Showcase di Surabaya kali ini mengangkat tema Protect Everything, Everyone, Everywhere with Comprehensive Security.
Presiden Direktur Virtus Technology Indonesia Erwin Kuncoro meyakini Virtus Showcase 2022 ini telah ditunggu-tunggu para pelaku dunia usaha di Surabaya. Hal ini terkait berbagai isu keamanan siber yang kembali marak akhir-akhir ini. Mulai sejumlah aksi yang dilakukan oleh Bjorka yang membuka data-data pribadi pelanggan sejumlah perusahaan hingga disahkannya Undang Undang Perlindungan Data Pribadi oleh Pemerintah Indonesia.
“Serangan siber kembali meyita perhatian kita semua akhir-akhir ini, sepertinya setiap minggu kita mendengar tentang pelanggaran keamanan siber yang baru. Para pelaku semakin canggih dan ancaman bagi para pelaku bisnis terus berkembang,” ungkap Erwin Kuncoro.
Selain Infrastruktur IT dan digital yang menjadi target utama, email phising sebagai contohnya, juga banyak dilakukan para hacker untuk melumpuhkan seluruh perusahaan. Virtus Showcase 2022 Surabaya didukung oleh vendorIT terkemuka di dunia. Seperti Dell Technologies, Huawei, Palo Alto, Sophos, dan Ruckus.
Pakar keamanan siber, Chairman Indonesia Cyber Security Forum (ICSF) Ardi Sutedja juga hadir untuk memaparkan lanskap kemanan siber di Indonesia saat ini dan ke depannya.Ia mengungkapkan bagaimana strategi yang tepat untuk perusahaan di Indonesia demi meningkatkan keamanan data.
“Menurut saya, kalau kita berbicara tentang lanskap keamanan siber Indonesia sebenarnya tidak berbeda jauh dibandingkan negara lain. Tetapi persoalan paling mendasar yang sangat serius adalah kelangkaan sumber daya manusia (SDM) yang terlatih dan tersertifikasi secara proper,” kata Ardi.
Menurutnya, kesenjangan SDM kita dibandingkan dengan negara-negara lainnya sangat jauh. Lalu, saat ini ada juga berbagai ancaman siber yang hingga kini belum teridentifikasi dan memiliki nama serta deskripsi yang kerap menghantui kita semua di industri siber.
Di sesi panel diskusi bersama dengan Irfan Wibowo selaku Technical Consultant Manager PT Virtus Technology Indonesia.
Laporan National Cyber Security Index (NCSI) mencatat,skorindeks keamanan siber Indonesia sebesar 38,96 poin dari 100 pada 2022. Angka ini menempatkan Indonesia berada di peringkat ke-3 terendah di antara negara-negara G20.
Padahal berdasarkan Verizon 2022 Data Breach Investigations Report, di wilayah APAC mengalamiserangan terkait social and hacking yang tinggi dengan 4,114 insiden.
Pola serangan yang paling banyak terjadi adalah social engineering, basic web application dan gangguan sistem sebanyak 98 persen serangan serta serangan data kredensial (72 persen), serangan data internal (26 persen), dan serangan data lainnya (11 persen).(rd)