Antisipasi Pneumonia, Tingkatkan Akses Vaksinasi dan Skrining Kesehatan

Pemkot Surabaya meningkatkan akses vaksinasi dan skrining kesehatan dalam mencegah penyakit pneumonia di Kota Surabaya.

Antisipasi Pneumonia, Tingkatkan Akses Vaksinasi dan Skrining Kesehatan
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Nanik Sukristina.

Surabaya, HARIANBANGSA.net - Pemkot Surabaya meningkatkan akses vaksinasi dan skrining kesehatan dalam mencegah penyakit pneumonia di Kota Surabaya. Upaya lainnya yang dilakukan adalah berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur dan instansi terkait mengenai pengawasan di pelabuhan dan bandara.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya Nanik Sukristina mengatakan, deteksi dini pneumonia juga dilakukan pada balita melalui skrining kesehatan setiap tahun di puskesmas. Yakni sebagai program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular.

“Dinkes Surabaya juga terus melakukan skrining kesehatan terintegrasi sejak tahun 2024, dan terintegrasi dengan pengendalian penyakit tidak menular maupun menular, serta program kesehatan lainnya,” kata Nanik, Kamis (13/2).

Dengan pendekatan terpadu ini, Nanik berharap deteksi dini masalah kesehatan dapat dilakukan lebih efektif, sehingga intervensi medis atau pencegahan dapat diberikan secara tepat waktu. “Integrasi ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan, memastikan cakupan yang lebih luas, dan memberikan pelayanan yang komprehensif kepada masyarakat,” imbuhnya.

Sebagai upaya promotif, Dinkes rutin menggelar sosialisasi deteksi dini pneumonia pada balita dan orang tua balita di posyandu. Kemudian, sosialisasi pentingnya ASI eksklusif dan nutrisi yang baik bagi balita, dan sosialisasi pola hidup bersih dan sehat (PHBS).

Sedangkan dalam upaya preventif, Dinkes Surabaya meningkatkan akses vaksinasi. Nanik juga mengimbau para ibu agar dapat memberikan ASI eksklusif dan nutrisi yang baik bagi balita. Selain itu, warga juga diminta menjaga jarak dengan orang sakit, dan menjaga kebersihan lingkungan. “Berdasarkan data laporan Fasyankes di Kota Surabaya, trend 3 tahunan data pelaporan menunjukkan adanya penurunan sebesar 7,6 persen,” ungkapnya.

Nanik menyebut, faktor-faktor seperti polusi udara, infeksi virus, dan perilaku hidup masyarakat tetap berkontribusi terhadap kejadian pneumonia di Kota Surabaya. Oleh sebab itu, upaya pencegahan seperti vaksinasi, edukasi kesehatan, dan pengawasan kualitas udara penting dilakukan secara terintegrasi untuk mengurangi faktor risiko dan kejadian kasus Pneumonia di masyarakat.

Kriteria nafas cepat antara lain balita usia 0 - >2 bulan dengan napas 60x/menit atau lebih. ?Balita usia 2 - >12 bulan dengan napas 50x/menit atau lebih. Serta, balita usia 12 - 59 bulan dengan nafas 40x/menit atau lebih. “Apabila ditemui adanya balita yang mengalami napas cepat, segera memeriksakannya ke layanan kesehatan terdekat,” terangnya.

Dan pada dewasa, jika mengalami batuk selama kurang dari 2 minggu maka diminta segera ke layanan kesehatan. Beberapa ciri-ciri pneumonia yang dapat dikenali oleh masyarakat, antara lain mengalami batuk yang mungkin disertai dengan dahak, yang bisa berwarna kuning, hijau, atau bahkan berdarah. Lalu sesak nafas, kesulitan bernafas atau nafas yang cepat dan dangkal.

“Kemudian demam disertai dengan menggigil. Nyeri dada atau rasa tidak nyaman di dada, terutama saat bernapas dalam-dalam atau batuk. Kelelahan yang berlebihan dan kurang energi, dan gejala flu seperti pilek, sakit tenggorokan, dan nyeri tubuh yang umum terjadi pada infeksi saluran pernapasan atas,” jelasnya.

Lebih lanjut, Nanik menegaskan, Dinkes Surabaya juga bekerja sama dengan Dinkes Provinsi Jawa Timur, serta Balai Besar Karantina Kesehatan (BBKK) Surabaya, baik di bandara maupun di pelabuhan untuk menangkal dan mengidentifikasi penyakit menular, termasuk Pneumonia atau penyakit lainnya yang berpotensi dibawa oleh pelaku perjalanan internasional.

Meski demikian, ia menambahkan bahwa BPJS Kesehatan memberikan jaminan pelayanan kesehatan untuk berbagai penyakit. “Termasuk pneumonia yang tergolong dalam penyakit serius dan memerlukan penanganan medis. Tergantung pada jenis perawatan,” pungkasnya. (ari/rd)