DPRD Surabaya Berharap Limbah Sisa Makanan Program MBG Bisa Berdampak Positif

DPRD Surabaya Berharap Limbah Sisa Makanan Program MBG Bisa Berdampak Positif
Ketua Komisi C DPRD Kota Surabaya, Eri Irawan.

Surabaya, HB.net - DPRD Kota Surabaya menyambut positif pendanaan untuk Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang sepenuhnya dibiayai Pemerintah Pusat, sehingga tidak mengganggu APBD Kota Surabaya, meski sebelumnya telah dialokasikan sekitar Rp 1,1 triliun.

Hal ini disampaikan Ketua Komisi C DPRD Kota Surabaya, Eri Irawan. Menurut dia, ini merupakan kabar baik bagi Pemerintah Daerah karena pendanaan Program MBG sepenuhnya dibiayai Pemerintah Pusat. Sebagaimana disampaikan kemarin oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) untuk menerjemahkan arahan Presiden Prabowo Subianto, bahwa semua pendanaan Program MBG dari Pemerintah Pusat.

“Ini kabar baik bagi Pemerintah Daerah. Karena mereka punya ruang fiskal yang lebih untuk menjalankan agenda-agenda pembangunan, terutama terkait kebutuhan infrastruktur, “ujar Eri Irawan.

Apalagi, lanjut dia, untuk Program MBG ini, Pemkot Surabaya sudah mengalokasikan Rp 1,1 triliun, sehingga otomatis anggaran itu tidak sepenuhnya terpakai untuk program nasional tersebut.

Bahwa nanti di dalam operasional MBG ada dukungan dari Pemkot Surabaya, kata Eri Irawan, itu pasti ada. Misalnya, mungkin terkait dengan pengelolaan sampah atau limbahnya.

“Tadi saya hitung juga untuk sampah. Ini salah satu yang bisa dialokasikan ya. Jadi Rp 1,1 triliun itu nanti mungkin sebagian untuk pengolahan sampahnya,” jelas dia.

Lebih jauh, politisi muda PDI-P ini menyampaikan, kalau Program MBG ini dilaksanakan, maka total ada 485.000 pelajar. Mulai dari SD, SMP SMA/SMK yang itu kalau berdasarkan asumsi Kementerian Lingkungan Hidup akan menghasilkan sampah kurang lebih 50-100 gram per siswa per hari.

Untuk pelajar SD, lanjut dia, kemarin berdasarkan hasil simulasi di Surabaya timbunan sampah dari makanan sisanya bisa mencapai 100 gram per siswa per hari. Ini karena makanannya yang tidak dihabiskan, mungkin karena faktor selera makan.

“Mereka (pelajar SD) agak susah makannya. Tapi kalau pelajar SMP atau SMA/SMK , timbunan sampahnya relatif hanya 25-50 gram. Tapi kalau di rata-rata 50-100 gram,” ungkap dia.

Semua ini kalau dihitung, menurut Eri Irawan, dalam sehari ada potensi timbunan sampah baru di Surabaya dari sisa makanan, yakni 24-48 ton per hari.

Sampah sebanyak itu, tentu harus diolah menjadi produk bernilai. Salah satu solusinya adalah mendekatkan dapur-dapur MBG dengan TPS 3R (Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, dan Recycle), rumah kompos, dan usaha-usaha mandiri warga seperti budidaya maggot, kemudian ekosistem peternakan dan segala macam.

“Ini yang perlu dioptimalkan. Jadi kami ingin memastikan bahwa sampah organik dari Program MBG tidak hanya terkelola dengan baik, tapi juga memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan,” tegas dia.

Perlu disadari, bahwa dari 1.600 ton sampah di Surabaya, per hari ini 55 persen di antaranya adalah hasil sisa makanan.

Eri Irawan mendorong agar sisa makanan dari Program MBG ini tidak ada yang masuk atau dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA). Jadi, timbunan sampah 24-48 ton dari MBG ini semuanya diolah. Baik di TPS 3R, rumah kompos maupun di usaha-usaha mandiri warga yang terkait dengan kebutuhan sisa makanan yang bisa dijadikan bahan makanan untuk komoditas peternakan seperti maggot juga atau budidaya perikanan dan segala macam.

“Timbunan sampah 24 ton per hari itu asumsi jumlah siswa semua terlayani. Kalau sekarang kan baru puluhan kilogram karena memang jumlah siswa baru sedikit yang dilayani, ” tandas dia.

Ilustrasi pengolahan limbah sisa makanan/rumah tangga menjadi pupuk.

Eri Irawan menambahkan, n, sebagian sisa (anggaran) bisa digunakan untuk membangun, misalnya di sekitar dapur-dapur MBG itu dibangun TPS 3R dan rumah kompos. Tentu harganya tidak semahal MBG Rp 1,1 triliun. Mungkin hanya butuh sekitar Rp 5-10 miliar, tapi dampak sampahnya bisa diawasi dengan baik.

Untuk penyusunan alokasi anggaran Program MBG Rp 1,1 triliun, Pemkot Surabaya menggeser anggaran pos-pos apa saja? Dengan tegas, Eri Irawan menjawab sebenarnya bukan menggeser, tapi akan mengoptimalkan. Karena kan ada sumber pembiayaan baru yang rencananya akan dibahas dalam waktu dekat ini, yakni terkait pinjaman Pemkot Surabaya untuk membiayai proyek-proyek strategis di Surabaya.

“Jadi, pembangunan infrastruktur di kampung-kampung tetap jalan. Begitu juga dengan MBG yang awalnya dialokasikan Rp 1,1 triliun tetap berjalan. Jadi tidak ada saling menggeser, ” pungkas dia. (lan/ns)