Pelaku Usaha Sambel Pecel Putar Otak, Siasati Tngginya Harga Cabai dan Dampak Covid-19
"Kondisi ini membuat kami harus memutar otak karena kalau kami naikkan harga sambelnya atau kami ubah komposisinya dengan mengurangi cita rasa pedasnya pasti penjualan turun," ujar Siti Mukayanah.
Blitar, HB.net - Selain harus bertahan di tengah pandemi Covid-19 pelaku usaha sambel pecel di Kota Blitar juga harus mensiasati tingginya harga cabai sebagai salah satu bahan dasar. Hal ini karena harga cabai meroket sejak akhir tahun 2020 lalu.
Kenaikan harga cabai sebagai komoditas penting memang menjadi persoalan bagi masyarakat. Terutama bagi mereka yang menggeluti usaha kuliner dengan cita rasa pedas, seperti usaha produksi sambel pecel.
Seperti halnya yang dialami oleh salah satu pelaku usaha sambel pecel khas Blitar, Siti Mukayanah di Jalan Cemara, Karangsari, Kota Blitar. Menurutnya, kenaikan harga cabai yang saat ini berimbas pada produksi sambel pecel miliknya.
"Kondisi ini membuat kami harus memutar otak karena kalau kami naikkan harga sambelnya atau kami ubah komposisinya dengan mengurangi cita rasa pedasnya pasti penjualan turun," ujar Siti Mukayanah.
Untuk mensiasati hal ini, wanita yang akrab disapa Siti itu mengaku memilih untuk bertahan sementara dengan situasi yang ada. "Saat ini ya pokoknya beli cabai seadanya yang penting bisa digunakan untuk produksi lagi setiap harinya," paparnya.
Dia menambahkan, untuk kebutuhan produksi sambel pecel setiap harinya dibutuhkan sepuluh hingga lima belas kilogram cabai. Cabai yang ia gunakan biasa dibeli dari pasar dan sesekali langsung dibeli dari petani.
Atas keadaan tersebut, Siti berharap pemerintah turun tangan untuk mengambil langkah solusi agar harga cabai dapat kembali pulih. Sehingga pelaku usaha kecil sepertinya tetap bisa menjalankan usahanya.
"Ya harapan kami harganya turun agar kami bisa bertahan. Apalagi sekarang kan juga masih musim pandemi Corona dimana ekonomi juga serang turun," pungkasnya. (tri/ns)