Angka Stunting Turun, Bupati Minta Tingkatkan Kedatangan ke Posyandu
Bupati Bondowoso Drs KH Salwa Arifin menyampaikan hal itu menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Bondowoso sudah menunjukkan penurunan yang sangat signifikan
BONDOWOSO, HB.net - Prevalensi stunting di Kabupaten Bondowoso berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2013 adalah 56,4 persen dan Riskesdas pada 2018 adalah 38 persen. Hal ini menunjukkan adanya penurunan pravelensi stunting sebesar 18,4 persen. Tetapi prevalensi stunting di Kabupaten Bondowoso masih lebih tinggi dibanding dengan Jawa Timur (Jatim).
Namun berdasarkan data hasil bulan timbang yang rutin dilaksanakan pada Februari dan Agustus, prosentase balita stunting di Kabupaten Bondowoso pada Agustus 2018 adalah 18,80 persen, 2019 adalah 14,59 persen dan 2020 adalah 12,23 persen. Sehingga Bupati meminta masyarakat untuk meningkatkan partisipasi datang ke posyandu.
Bupati Bondowoso Drs KH Salwa Arifin menyampaikan hal itu menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Bondowoso sudah menunjukkan penurunan yang sangat signifikan. “Yaitu 4 persen dari target yang di tentukan dalam setahun, yaitu sebesar 10,66 persen dalam 2 tahun (2019-2020-Red),” ujar Bupati Salwa saat menyampaikan sambutannya di acara Rembuk Stunting di Pendopo Bupati, Rabu (24/3).
“Diharapakan, para pihak terkait memantau bulan timbang yang dilaksanakan pada semua Posyandu. Partisipasi masyarakat untuk selalu datang ke posyandu juga harus diingatkan, baik ibu hamil, bayi sampai balita dengan tetap menerapkan protokol kesehatan,” imbuhnya
Hasil pelaksanaan bulan timbang yang diinput pada Electronic Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E PPGBM). Kepala Puskesmas diharapkan bisa menyampaikan hasilnya kepada lintas sektor diwilayahnya baik itu camat ataupun kepala desa. Sehingga, pemenang wilayah setempat mengetahui sasaran stunting yang nantinya harus dilakukan intervensi.
“Sehingga mampu menurunkan kasus kematian ibu dan bayi Kabupaten Bondowoso,” jelasnya. Menurutnya, data sebaran ibu hamil beserta tingkat resikonya sudah bisa dipantau melalui Sistem Informasi Ibu dan Bayi (Sibuba), baik camat dan kepala desa dapat memantaunya sewaktu waktu dari Hp masing-masing.
Dari data tersebut bisa ditindak lanjuti dengan melaksanakan program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi untuk mewujudkan keselamatan ibu dan bayi menuju penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Dari hasil analisis data pada 2020 yang dilakukan tim penanganan dan pencegahan stunting Kabupaten Bondowoso yang didampingi oleh tim pendamping Banda didapatkan 17 Desa di Kabupaten Bondowoso dengan jumlah prevalensi balita stunting yang cukup tinggi. “Ini yang nantinya akan menjadi fokus intervensi pada tahun 2022,” papar Bupati Salwa.
Bupati pun meminta untuk bersama-sama mencegah dan menanggulangi stunting sesuai tupoksi masing-masing melalui intervensi spesifik dan sensitif. “Persoalan ini bukan menjadi bidang kesehatan saja, tetapi tugas kita semua demi mewujudkan generasi penerus yang sehat dan cerdas,” jelasnya.
Informasi dihimpun, Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, menetapkan target angka stunting Nasional sebesar 14 persen pada Tahun 2024. Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Provinsi Jawa Timur adalah 32,5 persen. (gik/diy)