Baru Tanam, Padi di Jombang Diserang Hama Tikus

Hama tikus semakin menjadi-jadi. Biasanya kerap menyerang tanaman jagung sekarang beralih ke tanaman padi yang baru ditanam. Seperti yang terjadi di Dusun Jetak, Desa Sidokerto, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang.

Baru Tanam, Padi di Jombang Diserang Hama Tikus
Foto: Sutrisno saat melihat tanaman padi yang diserang hama tikus. Aan Amrulloh/ HARIAN BANGSA

Jombang, HARIAN BANGSA.net - Hama tikus semakin menjadi-jadi. Biasanya kerap menyerang tanaman jagung sekarang beralih ke tanaman padi yang baru ditanam. Seperti yang terjadi di Dusun Jetak, Desa Sidokerto, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang.

Para petani di wilayah tersebut resah dan terpaksa merogoh kocek tambahan, lantaran tanaman padi yang baru ditanam dimakan tikus. Bahkan yang lebih parahnya, hewan pengerat tersebut hanya mengacak-acak dan meninggalkan batang padi tercabut serta berserakan dari tanah.

Salah satu petani, Sutrisno (65), warga Dusun Jetak mengungkapkan, beberapa hari terakhir, padi yang baru saja ditanam kondisinya sudah tak karuan. Akar padi yang baru saja ditancapkan ke tanah mayoritas sudah keluar dan berserakan. ’

“Mulai ada serangan tikus ini sejak jagung mau panen, sampai sekarang benih padi ini juga diserang,” ucapnya saat ditemui wartawan di sawah miliknya, Minggu (20/12)

Padi yang usianya belum genap seminggu ditanam, lanjut Sutrisno,  menjadi sasaran serangan hama pengerat. Kondisi ini membuat padi tak bisa tumbuh normal. Petani terpaksa berpikir dua kali. Sebab, selain mengatasi serangan hama, mereka juga harus menanam ulang hingga dua kali. Bahkan ada yang tiga kali.

“Serangannya ini kebanyakan hanya di orat-arit (diacak-acak) sampai habis. Ya terpaksa harus tanam lagi sampai tiga kali, ada juga yang disulami saja. Biasanya keluar biaya Rp 1 juta. Sekarang bisa sampai Rp 2 juta untuk sawah banon 250 atau sekira 3.500 meter persegi,” jelasnya.

Dengan pembengkakan biaya yang dikeluarkan petani, karena selain mencari benih baru, mereka juga terpaksa menggunakan jasa tanam mesin. “Benih yang kita buat sudah rusak, jadi gak bisa dipakai lagi. Kalau kita harus membuat bibit lagi nanti akan terlambat. Ya terpaksa beli benih yang sudah tumbuh dan tanam pakai mesin borongan,” terang Sutrisno.

Kendati serangan sudah lama, sampai saat ini belum ada tindakan serius dari dinas terkait. Para petani di desa tersebut berharap hama tikus di wilayahnya segera tertangani. Selama ini, petani hanya melakukan pembasmian dengan cara diberi racun tikus.

“Kalau bantuan dari pemerintah belum ada. Pembasmian juga belum. Kita hanya mencoba menggunakan racun tikus tapi tidak mempan. Nggak ada yang mau makan. ’’Harapannya segera diatasi, supaya tanamannya nggak mati kena tikus terus-terusan,” tegasnya.

Terpisah, Ketua Gapoktan Desa Sidokerto, Wijoyo Suyono mengakui, di awal tanam serangan tikus di wilayah setempat kian mengganas. Tanaman yang diserang mayoritas padi yang baru berusia dua sampai tiga hari usai tanam.

“Untuk serangan tikus ini dibanding tanam lalu parah yang sekarang. Datangnya ini seperti rombongan, sehingga banyak petani yang mengeluh tanamannya ini habis kena tikus. Total yang kena di sini sekitar 5 hektare,’’ ujarnya.

Upaya yang dilakukan pihaknya sementara membuat jebakan tikus hingga memasang racun tikus. Sampai saat ini belum ada tindaklanjut dari dinas terkait tentang adanya serangan itu.

“Upaya jebakan dan racun tikus sudah kami lakukan, tetapi serangan masih ada. Setiap malam kadang ada sampai 30 tikus yang mati. Ternyata serangannya masih terus-terusan. Tindak lanjut dari dinas terkait sementara belum ada. Kami rencananya akan melapor dan mengajukan ke PPL hari Senin,” pungkas Wijoyo.(aan/rd)