Ibu Ini Demo Tunggal di Kantor Asuransi Jiwa Bumiputera
Seorang ibu nekat menggelar aksi atau demo tunggal di depan Kantor Cabang PT Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera, Senin (24/5). Hal ini lantaran anaknya gagal sekolah.
Jombang, HARIAN BANGSA.net - Seorang ibu nekat menggelar aksi atau demo tunggal di depan Kantor Cabang PT Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera, Senin (24/5). Hal ini lantaran anaknya gagal sekolah.
Diketahui, seorang ibu tersebut bernama Fitria Cahyarani (40), warga Desa Bulurejo, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang. Dirinya terpaksa melakukan aksi ini karena empat orang anaknya gagal sekolah akibat klaim asuransi tak bisa dicairkan perusahaan sejak tahun 2018 silam.
Dengan membawa sejumlah poster berisi tuntutan, ibu empat anak ini meminta perusahaan Bumiputera, segera mencairkan klaim asuransi yang ia ajukan sejak tahun 2018 lalu. Bahkan, karena dilakukan sendirian, ibu ini sempat nekat duduk di pintu masuk kantor, sambil membawa sejumlah berkas miliknya.
"Tuntutan saya simpel, bayarkan uangku, itu hakku. Ada dua yang tidak cair sampai sekarang. Yakni beasiswa berencana untuk anakku yang seharusnya saya terima 1 Juni 2018 senilai Rp 70 juta dan Dwi Gunaprima atas nama suamiku yang seharusnya cair 1 Juni 2020 sebesar Rp 50 juta," ujar Fitria.
Menurutnya, itu adalah duit tabungannya ke Bumiputera sejak 17 tahun lalu. Per tiga bulan sekali ia membayar Rp 1 juta. “Satunya sebesar Rp 600 ribu selama 15 tahun," imbuh ibu ini.
Disebutkan Fitria, dari dua asuransi yang ia miliki, saat ini seluruhnya tidak bisa diproses meski klaim sudah ia ajukan sejak tahun 2017 lalu. Parahnya, saat ia meminta penjelasan ke pihak Bumiputera, ia hanya diberi nomor antrean tanpa diberi informasi lebih lanjut terkait persoalan yang ia alami.
"Kita tidak tahu alasannya apa tidak bisa cair. Kalau dulu pencairan selalu bisa dilakukan pada 14 hari kerja. Ini saya sudah menunggu sejak dua tahun lalu dan saat itu hanya diberi nomor antrean oleh mereka. Polis beasiswa nomor antrean saya 137, polis Dwi Gunaprima nomor antrean saya 11260. Padahal nomor antrean ini sama sekali tidak bergerak," terangnya.
Sejak klaim asuransi tersebut tidak cair, lanjut Fitria, seluruh rencana biaya pendidikan untuk empat anaknya menjadi berantakan. Salah satu anaknya, saat ini harus bekerja menjadi kuli angkut serabutan di kawasan Kecamatan Tembelang akibat tidak bisa melanjutkan kuliah.
"Mereka cuma bilang saya harus bersabar. Saya ini sebagai ibu tidak tega anak saya tidak bisa sekolah. Ini keringat keluargaku. Salah satu anak saya yang saat ini duduk di semester dua kini harus bekerja menjadi kuli karena tidak ada biaya. Dibawahnya lagi ada yang SMA, ada yang SMP. SPP anakku tiga-tiganya sekarang nunggak semua. Kesabaran saya sudah habis," tegasnya.
Saat ditanya aksi ini akan dilakukan sampai kapan, ia mengaku akan terus bertahan di halaman Kantor Bumiputera Jombang apabila tuntutannya tidak dipenuhi. Demo tunggal juga akan terus ia lakukan setiap hari pada jam kerja sampai batas 1 Juni 2021.
“Saya masih satu orang bagian dari jutaan nasabah Bumiputera yang kecewa. Jika 1 Juni nanti tidak ada kejelasan, seluruh nasabah akan melakukan demo lebih besar," pungkasnya.
Sementara, Kepala Cabang PT Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputra Kabupaten Jombang Suprianto mengatakan, tuntutan dari nasabah seluruhnya sudah dikomunikasikan ke jajaran di atasnya. Ia mengaku posisi kepala cabang tidak punya kewenangan menjawab apa yang menjadi tuntutan para nasabah.
"Kami memaklumi para nasabah melakukan aksi. Kami sendiri sudah menjalankan SOP sesuai kewenangan kami. Ini sudah sampai di pusat. Kita sama-sama menunggu saja. Kalau klaim tidak cair itu bukan kewenangan saya. Saya terbatas oleh SOP, mohon maaf," ujarnya.
Disebutkan, klaim asuransi para nasabah Bumiputera di wilayah Jombang yang tidak bisa cair berkisar ribuan. Meski begitu, seluruh informasi resmi bisa diakses para nasabah melalui aplikasi BPinfo Bumiputera.
"Riilnya kami tidak bisa sebutkan. Tapi pada dasarnya ada ribuan orang. Terakhir yang ada di Jombang itu 2018 Mei yang belum cair. Kami selaku kepala cabang juga menunggu informasi dari pusat, kami tidak bisa menyampaikan yang diluar SOP kami," pungkas Suprianto.(aan/rd)