Jatim Berkah untuk Semua Umat
SURABAYA, HARIAN BANGSA - Satu tahun kepemimpinan Khofifah Indar Parawansa bersama Emil Elestianto Dardak sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jatim mencatatkan berbagai langkah kemajuan yang sangat berarti bagi pembangunan Jatim. Salah satu torehan kedua pemimpin millenial ini mengusung “Nawa Bhakti Satya”, atau sembilan program utama yang ia bhaktikan kepada masyarakat Jawa Timur.
Salah satu bhakti yang dirancang adalah Jatim Berkah. Program mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, inovatif, terbuka, dan partisipatoris guna memperkuat demokrasi kewargaan untuk menghadirkan ruang sosial yang menghargai prinsip kebhinekaan.
Terdapat lima fokus utama yang menjadi target suksesnya Jatim Berkah yaitu Vocational Training, Pengembangan Shelter, Menjaga Harmoni Sosial dan Alam dengan Melestarikan Budaya, Membangun Karakter Pemuda, serta Perluasan Tunjangan Kehormatan Hafiz dan Hafizah.
Program Vocational Training dan Pengembangan Shelter, Pemprov Jatim sangat peduli terhadap pelindungan para pekerja migrant, baik sebelum selama dan setelah purna kerja.
Melalui program “Nawa Bakti Satya”, bentuk komitmen perlindungan tersebut diamanatkan dalam 'Program Jatim Berkah’. Yakni melalui program vocational training pasca kepulangan pekerja migran Indonesia (PMI) dan pengembangan shelter sebagai pusat konsultasi dan pendampingan problem keluarga PMI.
Kedua program tersebut bertujuan untuk mendukung Misi Gubernur Jawa Timur mewujudkan kesejahteraan yang berkeadilan sosial, terutama bagi kelompok masyarakat rentan.
Selama Tahun 2019, jumlah penempatan PMI asal Jawa Timur yang tercatat di Sistem Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri (SISKOTKLN) Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) sebanyak 68.740 orang. Dimana 31,26 %, mereka berangkat dari embarkasi Juanda.
Bentuk aktivitas perlindungan pekerja migran Indonesia oleh Pemerintah Jawa Timur meliputi perlindungan dari aspek informasi ketika bekerja ke luar negeri secara aman dan procedural melalui Sarana Informasi dan Pelayanan Terpadu Pekerja Migran Indonesia (simPADU-PMI) mencapai 351 orang dan 19.621 orang pengunjung online.
Selain itu dilakukan perlindungan aspek legalitas dan birokrasi dokumen penempatan melalui Layanan Terpadu Satu Atap Pekerja Migran Indonesia (LTSA-PMI) sebanyak 82.276 orang.
Berbagai upaya yang dilakukan Pemprov Jatim tersebut membuahkan hasil yang menggembirakan. Hal ini terlihat berdasarkan berita resmi Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis Agustus 2019. Dimana pada Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2019 sebanyak 21,50 juta orang, naik 199 ribu orang dibanding Agustus 2018.
Kemudian dalam setahun terakhir, pengangguran berkurang 6,72 ribu orang, sedangkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) turun menjadi 3,92 % pada Agustus 2019. Selain itu, penduduk yang bekerja sebanyak 20,66 juta orang, bertambah sekitar 206 ribu orang dari Agustus 2018.
Rencana 2020 sendiri, program vocational training berjalan sukses. Pemprov Jatim melakukan berbagai program pengembangan shelter PMI yang dibangun Disnakertrans Prov. Jatim, dengan target sasaran sebanyak 200 orang PMI bermasalah dan fasilitasi counter kepulangan PMI di Bandara Juanda sebanyak 42.000 orang.
Khusus pembanguan dan pengelolaan shelter PMI dengan target 500 orang, meliputi aktivitas Desiminasi/Sosialisasi, Fasilitasi Tansit dan Pengantaran bagi PMI bermasalah. Disamping itu konsultasi dan konseling, serta pengaduan, mediasi dan advokasi juga dilakukan. Lalu terdapat pemberdayaan vokasi bagi PMI Purna Kerja, pendampingan dan community parenting bagi Keluarga PMI. Kemudian, juga melaksanakan program pemberdayaan vokasi Pekerja Migran Purna. Target sasaran yang ditetapkan sebanyak 150 orang.
Menjaga Harmoni Sosial dan Alam dengan Melestarikan Budaya
Guna menjaga harmoni sosial dan alam dengan melestarikan budaya, Pemprov Jawa Timur telah melakukan berbagai upaya, yang diantaranya adalah dialog antar budaya dan penguatan harmoni sosial (seni, seniman, dan budayawan), serta menginventaris data budaya dan kearifan lokal, serta mendukung Festival Desa.
Tahun lalu, Pemprov Jatim melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jatim menggelar berbagai workshop yang mengundang para seniman, budayawan, praktisi, serta masyarakat guna memperkuat harmoni sosial dan budaya di Jatim. Diantaranya adalah workshop Tayub, seni pertunjukan kawasan selatan dan utara, seni pertunjukan parade (Jatim Specta), dan workshop seni pertunjukan agraris, dan manajemen seni pertunjukan.
Selain itu, juga perkembangan penetapan Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) juga terus bertambah. Adapun WBTB adalah budaya yang tidak dapat dipegang, seperti konsep dan teknologi, dan sifatnya dapat berlalu dan hilang dalam waktu seiring perkembangan zaman. Misalnya bahasa, musik, tari, upacara, serta berbagai perilaku terstruktur lain.
Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, pada 2019 terdapat 20 WBTB asal Jatim yang telah ditetapkan. Meningkat cukup banyak jika dibandingkan pada 2018 yang hanya delapan WBTB.
Secara total, hingga 2019, terdapat 56 WBTB yang telah dimiliki Jawa Timur. Adapun WBTB Jawa Timur yang telah ditetapkan pada 2019 diantaranya Mocoan Lontar Yusup Banyuwangi, Jaran Kepang Jawa Timur, Bantengan Jatim, Reog Bulkiyo, Larung Sesaji Pantai Tambakrejo, Ajaran Samin Surosentiko Bojonegoro, Sanggring Gumeno, Besutan Jombang, Riyaya Undhuh-Undhuh Mojowarno, Kedhuk Beji, Kethek Ogleng Pacitan, Kiprah Glipang, Kerapan Sapi Brujul, Mamaca Situbondo Pengantin Putri Jenggolo, Ojhung, Saronen, dan Gemblak Tuban.
Sejak awal kepemimpinannya, Gubernur Khofifah telah mencanangkan program untuk membangun karakter pemuda, yang diilhami oleh nilai-nilai agama, budaya lokal, toleransi, serta mendorong kesalehan sosial, dan revolusi mental.Karena itu, Gubernur Khofifah mewujudkan programnya dengan memberikan tunjangan kehormatan kepada empat ribu penghafal Al-Qur’an, atau huffadz di Jatim. Tunjangan tersebut nilainya Rp 150 ribu per bulan, atau sebanyak Rp 1,8 juta per tahun.
Penerima tunjangan ini juga bukan sembarang hafiz dan hafizah yang menerima program ini. Mereka yang mendapatkan program ini adalah para penghafal Al Quran yang mengajarkan ilmu quran pada santri atau lembaga lembaga pendidikan Al Quran di masyarakat. Artinya, para huffadz tersebut turut berkontribusi membangun karakter masyarakat, khususnya pemuda yang memiliki akhlak yang baik.
Rencana 2020, Pemerintah Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk membangun karakter pemuda, serta memperluas tunjangan bagi para imam masjid, di kampung pesisir & pulau terluar sebanyak 11.000 orang. Termasuk memberikan tunjangan kehormatan bagi huffadz sebanyak 2.500 orang. Lalu memberikan intensif pengembangan Pondok Pesantren dalam mendorong partisipasi sekolah dan beasiswa guru diniyah S1 & S2 sebanyak 970 orang. Selain itu juga memperluas ruang publik ramah anak, lansia, dan orang berkebutuhan khusus serta memberikan Tunjangan Perintis Kemerdekaan sebanyak 400 orang. Tidak lupa, Pemprov Jatim juga memberikan Tunjangan Kehormatan bagi 240 orang Penjaga Situs Budaya, Vocational Training dan Shelter bagi PMI Wanita Purna, dan memperkuat sinergi dengan Forum Kerukunan Umat Beragama. (hms/rif)