Kredit Perbankan Tumbuh, Jadi Ceruk Baru Pembiayaan Resi Gudang
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) beberapa waktu lalu memproyeksikan penyaluran kredit perbankan tahun 2022 tumbuh 7,5 persen (yoy).
Surabaya, HARIANBANGSA.net - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) beberapa waktu lalu memproyeksikan penyaluran kredit perbankan tahun 2022 tumbuh 7,5 persen (yoy). Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan pertumbuhan kredit tahun 2021, yaitu sebesar 5,2 persen (yoy). Terkait peningkatan pertumbuhan kredit tersebut, PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI Persero) mengajak kalangan perbankan masuk ke pembiayaan dalam sistem resi gudang.
Sampai dengan saat ini, beberapa bank, termasuk beberapa bank pembangunan dareah telah menyalurkan pembiayaan bagi para pemilik komoditas yang meregistrasikan komoditasnya di Sistem Resi Gudang (SRG). KBI sendiri saat ini mengemban tugas dari pemerintah sebagai pusat registrasi resi gudang.
Pembiayaan di sektor resi gudang tentunya bisa menjadi alternatif atau ceruk baru bagi kalangan perbankan. Dengan jaminan komoditas yang telah diregistrasi dalam sistem resi gudang, tentunya penyaluran pembiayaan untuk para pemilik resi gudang akan aman, karena jaminan komoditas yang jelas.
“Kami sebagai pusat registrasi tentunya telah melakukan verifikasi atas komoditas yang diregistrasikan ke Sistem Resi Gudang. Terkait besaran pembiayaan yang diberikan, kalangan perbankan bisa memberikan antara 70- 80 persen dari total nilai barang yang diregistrasikan ke resi gudang,” ungkap Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI) Fajar Wibhiyadi melalui keterangan tertulisnya, Selasa (15/2).
Fajar Wibhiyadi menambahkan, bagi kalangan perbankan, dengan memberikan pembiayaan di SRG, juga merupakan bentuk upaya meningkatkan kesejahteraan petani dan pemilik komoditas yang telah dicanangkan pemerintah.
“Untuk itu, kami terus melakukan komunikasi kepada kalangan perbankan untuk bisa masuk ke pembiayaan resi gudang. Selain itu, besarnya potensi resi gudang ini juga bisa dimanfaatkan oleh lembaga pembiyaan di luar perbankan. Baik itu kalangan bisnis korporasi maupun financial technology (fintech),” jelasnya.
Terkait pembiayaan resi gudang, data KBI menunjukkan sepanjang 4 tahun terakhir terjadi peningkatan pembiayaan resi gudang. Tahun 2017, pembiayaan resi gudang mencapai Rp. 15,9 miliar, tahun 2018 mencapai Rp 52,6 miliar, tahun 2019 mencapai Rp 56,5 miliar, dan tahun 2020 mencapai Rp 93,8 miliar. Sedangkan di tahun 2021, nilai pembiayaan resi gudang mencapai Rp 277,4 miliar, meningkat 195 persen dari tahun 2020.
Adanya peningkatan pembiayaan resi gudang ini terntunya merupakan hal positif. Tidak hanya bagi para pemilik komoditas yang telah mendapatkan pembiayaan untuk keberlangsungan usahanya. Lebih dari itu, hal ini juga menujukkan adanya kepercayaan dari para pelaku usaha termasuk di antaranya perbankan terkait pembiayaan di sektor resi gudang.
“Resi gudang memiliki potensi besar untuk berkembang di Indonesia. Terkait pembiayaan, kami proyeksikan di tahun 2022 akan tubuh diatas 50 persen,” ungkap Fajar Wibhiyadi.
Terkait pembiayaan di sektor resi gudang, Kepala Biro Pembinaan dan Pengawasan Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang Komoditas, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Widiastuti,mengatakan, sejalan dengan peran Bappebti sebagai regulator, tentunya pihaknya juga terus mengajak para pemangku kepentingan untuk secara bersama-sama meningkatkan pembiayaan resi gudang.
“Hal ini dikarenakan salah satu fungsi resi gudang adalah bagaimana pemilik komoditas bisa mendapatkan pembiayaan untuk kelangsungan usahanya. Untuk itu, hendaknya para pemangku kepentingan untuk terus melakukan sosialisasi, tidak hanya bagi pemilik komoditas, namun juga ke kalangan perbankan dan dunia usaha, untuk kedepan bisa masuk ke dalam pembiayaan resi gudang ini,” jelasnya.(rd)