Salat Id di Masjid Al Akbar Surabaya, Ahmad Zayadi: Kurban Miliki Dua Nilai
Mengantisipasi lonjakan jemaah, masjid Al Akbar menerapkan pendaftaran secara online dan semua jemaah wajib menggunakan ID Card yang telah disediakan.
SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Dengen menerapkan protokol kesehatan yang ketat masjid Nasional Al-Akbar Surabaya menggelar salat Idul Adha 1441 H, Jumat (31/7).
Mengantisipasi lonjakan jemaah, masjid Al Akbar menerapkan pendaftaran secara online dan semua jemaah wajib menggunakan ID Card yang telah disediakan.
“Kapasitas Masjid Al Akbar mencapai 40 ribu jamaah. Karena dalam penerapan protokol kesehatan, kami membatasi jamaah salat Idul Adha menjadi lima ribu jamaah. Kami sudah menyiapkan stiker untuk shaf salat sebagai tanda,”kata H Helmy M Noor, Humas Masjid Al Akbar Surabaya, Jumat (31/7) setelah pelaksanaan Salat Idul Adha.
Kapasitas lima ribu jemaah itu termasuk serambi masjid bagian utara, timur dekat air mancur dan selatan hingga lantai dua. Ada empat warna ID Card yang dipakai semua jamaah, seperti warna hijau untuk jamaah laki-laki di lantai satu, warna kuning untuk jamaah perempuan di lantai satu, sedangkan di lantai dua dengan warna merah untuk jamaah laki-laki sedangkan jamaah perempuan warna biru di lantai dua.
“Ada 200 relawan yang terdiri dari Remaja Masjid, Ibu-Ibu Muslimah, pengatur shaf, para guru MI dan PAUD, para dosen dan mahasiswa STAI Al Akbar. Semua relawan ini untuk mengatur, menyambut dan mengarahkan kedatangan para jamaah sesuai dengan warna ID Cardnya,” terang Helmy.
Untuk jumlah hewan kurban, Helmy mengatakan, meski masa pandemi Covid-19 perolehan hewan kurban masih relatif banyak. Total perolehan hewan kurban 92 terdiri dari 26 sapi dan 66 kambing. Jumlah itu tidak jauh beda dari tahun sebelumnya.
Salat Idul Adha diikuti Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Wakil Gubernur Emil Elistianto Dardak dan 5.000 jamaah yang mengenakan ID Card. Khutbah siampaikan oleh Dr Ahmad Zayadi, MPd Kepala Kanwil Kemenag Jatim.
Mengutip Hasil riset Elizabeth Dunn, pakar psikologi social dari University of British Colombia, Vancouver, Kanada Ahmad Zayadi mengatakan, semakin besar uang atau harta yang dibelanjakan untuk menolong sesama atau semakin besar uang atau harta yang dibelanjakan untuk menolong sesama atau kepentingan orang lain terbukti menambah kebahagiaannya sebagaimana dimuat dalam jurnal SCIENCE (2008) dengan judul tulisan yang mengejutkan: “Spending Money on Others Promotes Happines” (Membelanjakan Uang untuk orang lain meningkatkan kebahagiaan).
“Temuan ilmiah tersebut menunjukkan bahwa yang terpenting bukanlah jumlah uang yang kita miliki, tetapi bagaimana kita membelanjakannya. Orang yang menyedekahkan uang atau hartanya untuk membantu mereka yang membutuhkan, ternyata lebih bahagia daripada mereka yang menghamburkan uang untuk kepuasan diri sendiri,”tegasnya.
Logika terbalik yang sering terjadi justru mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya untuk kepentingan pribadi demi mengejar kebahagiaan semu. Momentum Idul Adha yang menekankan prinsip solidaritas dan soliditas publik jika benarbenar dijadikan landasan untuk membangun negeri dapat dimulai saat ini.
“Pada saat kita semua bahu-membahu, bergotong royong dalam ikhtiar bersama menanggulangi wabah corona, seberat apapun problem yang dihadapi oleh Negara ini, dengan modal semangat pengorbanan dan solidaritas kemanusiaan, niscaya berbagai masalah akan teratasi. Sebab, rakyat dan para pemimpinnya merasa “berat sama dipikul dan ringan sama dijinjing”. Langkah ini juga akan mengikis sikap mementingkan diri sendiri dan mencintai harta (hubbub al-dunya) secara berlebihan,”jelasnya.
Di akhir khutbah Zayadi mengatakan Ibadah kurban mempunyai dua nilai: kesalehan spiritual dan kesalehan sosial. Kesalehan spiritual dalam hal ini adalah penyerahan diri kepada Allah dang mengekang egoisme, sebagaimana dicontohkan Nabi Ibrahim As. “Kesalehan sosial tercermin dari semangat rela berkorban, seperti dalam diri Ismail As Sikap ini penting untuk diteladani, terumata bagi generasi muda Indonesia,” pungkasnya. (mdr/ns)