Walikota Mojokerto Ning Ita Gelontorkan Rp 13 Miliar

Walikota Mojokerto Ika Puspitasari melalui program-programnya terus berupaya maksimal untuk melakukan percepatan pemerataan pembangunan disegala bidang.

Walikota Mojokerto Ning Ita Gelontorkan Rp 13 Miliar
Walikota Mojokerto Ika Puspitasari saat memberikan arahan kepada para pelaku wirausaha.

Mojokerto, HARIAN BANGSA.net - Walikota Mojokerto Ika Puspitasari melalui program-programnya terus berupaya maksimal  untuk melakukan percepatan pemerataan pembangunan disegala bidang.

Tujuannya, di antaranya adalah dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perekonomian dan mewujudkan kesejahteraan di seluruh lapisan masyarakat Kota Mojokerto.

Disamping itu, Ning Ita, sapaan Ika Puspitasari, telah mengalokasikan anggaran Rp 13 miliar untuk melaksanakan program pemberdayaan melalui pelatihan inkubasi kepada 4.300 wirausahawan di tahun 2021 ini.

Untuk alokasi tahun 2021 ini terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini lantaran jumlah sasaran inkubasinya jauh lebih besar jika dibandingkan tahun sebelumnya.

Tahun lalu, hanya sekitar seribu sasaran. Tahun ini bisa naik sampai 4.300 sasaran. Hal ini akan terus dilakukan menjadi upaya yang berkelanjutan. “Tidak hanya inkubasi saja, tapi ke depan bagaimana menjadikan sektor-sektor UKM ini produknya menjadi unggulan. Hal ini dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan perekonomian di seluruh Kota Mojokerto,” katanya, Jumat (10/9).

Ning Ita menyampaikan, nantinya 4.300 wirausahawan itu sebagai sasaran inkubasi yang merupakan warga terdampak pandemi Covid-19. Upaya ini selaras dengan program pemulihan ekonomi nasional. Tahun 2021 ini, telah menyasar 4.300 warga untuk diberi pelatihan serta ilmu kewirausahaan melalui inkubasi wirausaha.

Sejauh ini, hanya produk alas kaki Kota Mojokerto yang menjadi produk unggulan dari UMKM. Ke depan, ia berharap akan muncul produk-produk serupa yang bisa menjadi unggulan dengan jenis yang berbeda sehingga diversifikasinya semakin banyak

“Utamanya untuk memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lokal supaya dapat naik kelas dan dapat bersaing dengan produk unggulan daerah lain. Ini, sebagai bentuk upaya strategis berkelanjutan yang sudah kami lakukan sejak tahun 2020 lalu,” jelas Ning Ita.

Kota Mojokerto sejauh ini tidak memiliki sumber daya alam yang memadai. Tetapi sebaliknya memiliki kelebihan pada sumber daya manusianya.

“Kalau banyak kan kami bisa menjadikan kota ini sebagai kota UKM dengan varian produk yang bermacam-macam. Dan itu kategori unggulan semua,” ungkapnya.

Apalagi kalau sampai produk itu ke depan bisa didampingi dan  menjadi komoditas ekspor seperti halnya alas kaki. Jika itu terjadi, maka tidak hanya pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat saja yang terangkat, tetapi juga bisa menyumbang devisa bagi negara.

“Maka SDM di sektor UMKM inilah yang harus kami dampingi betul-betul secara berkelanjutan, dari waktu ke waktu untuk menjadi potensi daerah yang memiliki daya saing. Hal ini  dalam rangka mewujudkan Kota Mojokerto yang berdaya saing sesuai visi misi saya,” tambahnya.

Sedangkan, Kepala Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kota Mojokerto Ani Wijaya mengatakan, peminat inkubasi wirausaha aksesoris ini lumayan banyak. Dari peserta pendataan Dinsos tahun 2020, tercatat 150 orang peminatnya namun setelah validasi Diskoperindag tinggal 70 orang.

“Kami bagi menjadi dua sesi. Masing-masing sesi diikuti sebanyak 35 orang yang akan mengikuti pelatihan komoditas aksesoris kalung, bros dan gelang dari batu-batuan serta wire selama 5 hari dengan narasumber Dyah Risnawati, ahli aksesoris dari Surabaya,” katanya.

Bukti konkret hasil dari pendampingan tersebut adalah masuknya produk-produk UMKM lokal di pasar modern. Baik pada bidang kuliner, craft, maupun suvenir.(ADV/ris/rd)