AKI dan AKB di Bondowoso Melonjak pada 2020
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan, tercatat pada 2020 jumlah AKI sebanyak 19 kasus (177,4/100.000) kelahiran hidup. Sedangkan untuk AKB sebanyak 168 kasus (15,6/1000) kelahiran hidup.
BONDOWOSO, HB.net - Dinas Kesehatan Bondowoso menampik program ‘Stop Berduka’ (Sinergi Total Pencegahan Bersalin di Dukun Bayi dan Selamatkan Ibu) yang dilaunching pada 2018 dianggap gagal. Pasalnya, Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) meningkat pada 2020 lalu.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan, tercatat pada 2020 jumlah AKI sebanyak 19 kasus (177,4/100.000) kelahiran hidup. Sedangkan untuk AKB sebanyak 168 kasus (15,6/1000) kelahiran hidup. Sementara pada 2019, kematian AKI berjumlah 14 kasus (129,2/100.000 kelahiran hidup) dan AKB sebanyak 155 kasus (14,3/1000) kelahiran hidup.
Kepala Dinas Kesehatan Bondowoso, M. Imron mengatakan, meningkatnya kasus AKI dan AKB pada 2020 itu terjadi karena pandemi Covid-19 dan itu membuat gerakannya terbatas. Sehingga, banyak ibu hamil takut ke posyandu, bidan desa juga ada yang terkonfirmasi positif virus Corona, posyandunya buka tutup karena ada kasus konfirmasi Covid-19.
“Sebenarnya programnya berjalan, namun gerakan kita terbatas karena pandemi. Jadi kalau mau periksa ke Posyandu akhirnya tidak rutin, karena takut Covid-19 itu. Kalau dibilang gagal sih tidak, karena kita tetap melakukan usaha. Banhakn para bidan desa selama ini melakukan kunjungan kerumah-rumah warga. Atau melakukan janjian terlebih dahulu dengan ibu hamil manakala mau periksa,” ujarnya, Senin (8/2).
Ia pun berharap dengan vaksinasi kepada tenaga kesehatan ini juga nantinya bisa berdampak terhadap upaya menekan AKI dan AKB. “Mudah-mudahan ini berdampak pada penekanan angka AKI dan AKB. Tak hanya dari segi medis saja, tapi juga non medis,” imbuhnya.
Pihaknya pun saat ini tengah berharap agar aplikasi ‘Sibuba’ dan revitalisasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi juga bisa menekan. ‘Sibuba’ merupakan aplikasi yang bisa diakses Camat dan Kades sehingga bisa memantau ibu hamil dan balita di wilayahnya. Kemudian, ditindak lanjuti dengan program revitalisasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi.
Program stop berduka merupakan bentuk upaya pemerintah Bondowoso untuk menekan angka kematian ibu dan bayi yang relatif masih tinggi. program ini direplikasikan kemitraan antara bidan dengan dukun beranak.
Melalui kemitraan ini, dukun tidak boleh membantu proses persalinan, mereka hanya bisa menganjurkan pasien yang hendak melahirkan kepada bidan. Dari setiap pasien yang diantar ke bidan, dukun bisa memperoleh insentif Rp 50 ribu. Selain itu, dukun juga diberi peran pasca persalinan. (gik/diy)