Anggota Komisi IX DPR RI Ingin Berdiskusi Bersama Bupati Jember

Perihal naiknya angka stunting di Jembed versi Kemenkes, cukup mengejutkannya, dan ia yakin Bupati juga merasakan hal yang sama.

Anggota Komisi IX DPR RI Ingin Berdiskusi Bersama Bupati Jember
Anggota Komisi IX DPR RI, Nur Yasin.

Jember, HB.net - Anggota Komisi IX DPR RI, Nur Yasin mengaku ingin menyempatkan diri untuk bertemu dengan Bupati Jember, Hendy Siswanto, di sela masa resesnya yang akan segera berakhir pada 10 Maret 2023. Namun, pertemuannya masih terkendala waktu, karena padatnya jadwa Bupati. Padahal, ia ingin berdiskusi dengan Bupati soal perkembangan kasus stunting.

"Kata Bupati (via chat), 'Siap Pak Yasin, saya bersedia bertemu.' Nah, saya kasih waktu sebelum saya kembali (ke Jakarta), nanti cari waktu untuk bertemu," ungkap Nur Yasin, di sela pertemuan resesnya di Jember, Senin (06/03/2023).

Perihal naiknya angka stunting di Jembed versi Kemenkes, cukup mengejutkannya, dan ia yakin Bupati juga merasakan hal yang sama. Pasalnya, sebelum data dari Kemenkes muncul, Jember tercatat memiliki angka prevalensi stunting sebesar kurang lebih 14 persen, dan sudah turun menjadi 7 persen di tahun 2022. Sehingga data yang disebutkan oleh Kemenkes tentu menjadi polemik.

"Polemik ini menjadi pemicu pertengkaran, karena pemerintah kita (pihak Kemenkes) lebih percaya aturan dan standard WHO, yang sekarang sudah tidak relevan jika ditinjau lagi," ujarnya.

Relevansi yang ia maksud adalah terkait metode untuk menjaring dan mengolah data stunting oleh pihak Kemenkes. Jika menggunakan standard metode penelitian WHO, Kemenkes tidak akan mendapatkan data yang akurat, yakni menggunakan data sampling.

Menurutnya hal tersebut memicu kekacauan data di seluruh daerah di Indonesia. Sama halnya ketika pihaknya terjun ke NTT, ia mendapati Kepala Daerah Manggarai Barat menunjukkan kekesalannya sebab disebut sebagai salah satu daerah dengan stunting terbesar di Indonesia.

Manggarai Barat yang dikatakan memiliki angka prevalensi stunting sebesar 38,5 persen, ternyata mendapati angka yang jauh berbeda setelah pencacahan dan pendataan secara menyeluruh, dengan melakukan penimbangan dan pengukuran beberapa indikator, pada lebih dari 99 persen bayi di wilayah tersebut.

Dan data yang didapatkan dengan metode sensus ini dirasa lebih akurat dari pada sampling, karena melihat kondisi secara holistik. "Ternyata hasilnya hanya 10,1 persen (stunting)." tukasnya.

"Makanya Jember dikatakan 34 persen, Pak Hendy pasti marah juga itu," imbuhnya. Sehingga, ia ingin segera berdiskusi bersama Bupati Jember, untuk berbincang soal mengakurasikan data stunting di Kabupaten Jember. (yud/bil/diy)