Bandara Banyuwangi Raih Penghargaan Arsitektur Aga Khan Award 2022

Bandara Banyuwangi yang terletak di Desa/Kecamatan Blimbingsari berhasil menyisihkan 463 nominasi bangunan dengan arsitektur terbaik dari seluruh dunia. Selanjutnya, diseleksi menjadi 20 dan ditetapkan 6 pemenang terbaik.

Bandara Banyuwangi Raih Penghargaan Arsitektur Aga Khan Award 2022
Tampak dari atas, Bandara Banyuwangi yang mendapat penghargaan.

Banyuwangi, HB.net - Bandar Udara Internasional Banyuwangi, meraih penghargaan bidang arsitektur paling bergengsi dunia, The 2022 Aga Khan Award for Architecture. Penghargaan ini diumumkan langsung dari Genewa, Swiss, Kamis (22/09/2022).

Bandara Banyuwangi yang terletak di Desa/Kecamatan Blimbingsari berhasil menyisihkan 463 nominasi bangunan dengan arsitektur terbaik dari seluruh dunia. Selanjutnya, diseleksi menjadi 20 dan ditetapkan 6 pemenang terbaik.

Bandara berkonsep hijau pertama di Indonesia itu bersanding dengan sejumlah gedung tersohor lainnya di dunia yang sama-sama mendapatkan penghargaan bidang arsitektur tertua. Selain itu, bangunan lain yang mendapatkan AKAA 2022 adalah Urban River Spaces (Bangladesh), Community Space in Rohingnya Refugee Response (Bangladesh), Argo Contemporary Art Museum and Cultural Centre (Teheran, Iran), Renovation of Niemeyer Guest House (Tripoli, Lebanon), dan Kamanar Secondary School (Thionck Essyl, Senegal).

Sebagaimana dikutip dari laman resmi Aga Khan Development Network (AKDN), penghargaan ini menekankan pada karya arsitektur yang tidak hanya mampu menyediakan kebutuhan fisik, sosial dan ekonomi masyarakat. Tetapi juga merespons aspirasi budaya mereka.

Menanggapi penghargaan itu, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menyatakan rasa bangganya. Ia menyebut penghargaan itu akan semakin menasbihkan nama Banyuwangi ditingkat internasional.

"Penghargaan ini menambah prestasi Banyuwangi ditingkat dunia. Setelah Geopark Ijen lolos sidang dan segera ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark, juga sebagai juara dunia bidang kebijakan pariwisata dari UNWTO, kini dilengkapi dengan penghargaan tingkat dunia untuk bandara," kata Ipuk, Jumat (23/09/2022).

Menurut Ipuk, Bandara tersebut merupakan ikon arsitektur di Banyuwangi. Dengan mengedepankan konsep gedung ramah lingkungan, tanpa mesin pendingin ruangan kecuali di ruangan tertentu. Sekaligus mengedepankan simbol-simbol budaya lokal khas masyarakat setempat.

Atap terminal dipenuhi tanaman dan konservasi air menyejukkan suasana. Sunroof dan ruang-ruang terbuka dengan sinar matahari menjadi sumber cahaya alami pada siang hari. "Bentuk Bandara ini mirip udeng khas Suku Osing. Ini adalah representasi dari akomodasi simbol-simbol lokal. Melengkapi konsep hijaunya," kata Ipuk.

Bandara Banyuwangi juga menjadi salah satu bukti bagaimana kontinuitas program pembangunan diperlukan. Dimulai penyiapannya sejak era kepemimpinan Bupati Samsul Hadi (2000-2005) dan Bupati Ratna Ani Lestari (2005-2010), lalu dibangun dan dioperasikan pada era kepemimpinan Bupati Azwar Anas (2010-2021). (guh/diy)