BHS Siap Kembangkan UMKM Tahu dan Tempe

Keberadaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) tahu dan tempe di Kabupaten Sidoarjo mendapatkan perhatian dari bakal calon bupati (Bacabup) Sidoarjo Bambang Haryo Soekartono (BHS).

BHS Siap Kembangkan UMKM Tahu dan Tempe
Bambang Haryo Soekartono (BHS) saat mengunjungi UMKM tahu di Desa Sepande Candi, Kamis (4/6). Mustain/HARIAN BANGSA

Sidoarjo, HARIAN BANGSA.net - Keberadaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) tahu dan tempe di Kabupaten Sidoarjo mendapatkan perhatian dari bakal calon bupati (Bacabup) Sidoarjo Bambang Haryo Soekartono (BHS).

Politikus Partai Gerindra tersebut berharap produksi tahu asal Sidoarjo bisa tetap bertahan dan berkembang pesat. Salah satunya dengan program pemberian merek (branding) tahu yang diproduksi UMKM tahu di Sidoarjo.

"Saya ingin tahu asal Sepande ini punya branding, misalnya tahu Sidoarjo. Tahu asal Sidoarjo juga paling enak. Selama ini yang ada branding-nya cuma tahu asal Kediri dan Sumedang Jawa Barat," ungkap BHS saat mengunjungi UMKM tahu di Dusun Krajan RT 09 RW 03 Desa Sepande Kecamatan Candi, Kamis (4/6).

Dengan memberikan merek tersebut, BHS berharap produksi tahu asal Sidoarjo lebih meningkat lagi. Kata BHS, UMKM tahu dan tempe tersebut merupakan aset yang luar biasa yang dimiliki Sidoarjo. Selain sebagai jenis makanan bergizi, keberadaan UMKM tahu dan tempe juga menyerap tenaga kerja.

Mantan anggota DPR RI periode 2014-2019 ini pun berharap pemerintah, khususnya pemerintah daerah mengupayakan agar harga kedelai sebagai bahan baku tahu dan tempe, bisa stabil.

"Dinas perdagangan harus membantu pengadaan kedelai yang murah, karena semua kedelai harus impor. Sebenarnya kita ingin swasembada kedelai, tapi kayaknya agak sulit mengingat tanah di Indonesia," jelasnya.

Selain masalah harga kedelai, perajin UMKM tahu juga mengeluhkan soal ketersediaan kayu bakar untuk proses produksi tahu. Saat berkunjung ke UMKM tahu milik Farid tersebut, Siti Masnunah, yang mengelola UMKM tahu ini, bercerita dia membeli kayu bakar dari Pasuruan. BHS pun heran dengan fakta tersebut.

"Saya heran kenapa Sidoarjo tidak bisa memberikan kontribusi kayu bakar seperti ini. Padahal Sidoarjo ada 950 industri menengah dan besar. Termasuk ada tiga industri mebel berskala internasional," ungkapnya.

Kata BHS, dengan peran pemerintah daerah, semestinya sisa kayu industri di Sidoarjo tidak jatuh ke para tengkulak. Jika dibeli tengkulak, harganya menjadi mahal. Sementara UMKM tahu butuh kayu bakar dengan cepat dan berharga murah. Meski demikian, alumnus ITS Surabaya ini bertekad, jika nantinya diamanahi sebagai Bupati Sidoarjo, dirinya bakal mengusahakan pipanisasi gas untuk masyarakat Sidoarjo, khususnya untuk UMKM. Sehingga UMKM tahu seperti di Desa Sepande Candi tersebut, tidak perlu lagi menggunakan kayu bakar.

Hal itu, kata BHS, karena Sidoarjo memiliki sumber gas, yang kini dikelola oleh Minarak Brantas Gas yang produksinya dijual melalui Perusahaan Gas Negara (PGN). BHS berharap para UMKM di Sidoarjo mendapatkan prioritas penyaluran gas karena sumber gasnya berada di wilayah Sidoarjo. Dalam kesempatan ini, BHS juga mengunjungi UMKM tempe yang dikelola Tatik Retno Sari, juga di Desa Sepande Kecamatan Candi.

Saat mendampingi kunjungan BHS, anggota DPRD Sidoarjo Warih Andono menyatakan, pihaknya bakal membantu menyelesaikan sejumlah masalah yang dihadapi UMKM di Sidoarjo, termasuk UMKM tahu dan tempe. Mulai dari masalah perijinan hingga kebutuhan tambahan permodalan. "Kalau pemerintah daerah tidak memudahkan misalnya perizinan, maka UMKM di Sidoarjo ini akan mati," ungkap politikus partai Golkar ini.(sta/rd)