BI KPw Jember Tanggapi Rilis BPS
Mewakili BI KPw Jember, Fathoni yang juga ikut hadir dalam rilis IHK yang dilaksanakan BPS Jember, menyampaikan, pihaknya menentukan prediksi yang berbeda dengan hasil tangkapan BPS.
Jember, HB.net - Menanggapi rilis Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau inflasi Badan Pusat Statistik (BPS) Jember, Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan (KPw) Jember menyampaikan selisih prediksi perhitungan inflasi yang terjadi.
Mewakili BI KPw Jember, Fathoni yang juga ikut hadir dalam rilis IHK yang dilaksanakan BPS Jember, menyampaikan, pihaknya menentukan prediksi yang berbeda dengan hasil tangkapan BPS.
"Kami saat awal Oktober memang memproyeksikan, masih inflasi walaupun tipis. Kami memproyeksikan 0,6 persen (inflasi) maksimal," tuturnya.
Hal tersebut merupakan hasil dari survei mingguan yang dilakukan oleh pihaknya, untuk melakukan pantauan harga komoditas di pasaran."Memang setiap minggunya kami tetap melakukan pemantauan. Kita ada yang namanya survei pemantauan harga," ungkapnya.
Hasil pantauan mingguan yang dilakukanya, menunjukkan penurunan harga yang cukup drastis. Hasil survei BI KPw Jember mendapati harga yang anjlok di tiap minggunya. "Setiap minggunya terus drastis, untuk penurunan dan anjloknya harga- harga," jelasnya.
"Bahan-bahan makanan yang terus anjlok, jadi mulai dari daging, ayam, percabean, itu juga terus turun, bahkan di minggu terakhir (Oktober). Memang stok pasokannya sedang meningkat, jadi harganya turun," imbuhnya.
Dengan demikian, prediksi inflasi tipis, yakni 0,6 persen yang ia duga di awal Oktober, meleset tipis, dan menunjukkan deflasi 0,63 persen. "Memang ternyata hasilnya tipis (dengan BPS), deflasi 0,63 persen," ujarnya.
Menurutnya, meski di pasaran harga-harga banyak yang anjlok, Fathoni menerangkan bahwa deflasi yang terjadi bulan ini masih ditahan oleh inflasi dari beberapa komoditas yang memiliki andil besar, dalam konsumsi masyarakat.
"Namun deflasi masih ditopang oleh beberapa komoditas yang terjadi inflasi, seperti bensin, bahan bakar rumah tangga, juga angkutan umum, sama minyak goreng yang mulai meningkat lagi," pungkasnya. (yud/bil/diy)