BPS Catat inflasi Jember Capai 7,39 Persen

Kepala BPS Jember, Tri Erwandi, menerangkan, pada BRS tentang IHK/ Inflasi Jember Desember 2022, pihaknya mencatat inflasi Jember mencapai 7,39 persen, baik YoY maupun YtD, Desember 2022.

BPS Catat inflasi Jember Capai 7,39 Persen
BPS Jember saat mengeluarkan BRS tentang IHK/Inflasi di kantornya.

Jember, HB.net - Kabupaten Jember kembali tercatat sebagai daerah dengan inflasi tertinggi di Jawa Timur (Jatim), baik dari hitungan Year on Year (YoY) Desember 2021 dan Desember 2022, maupun hitungan Year to Date (YtD) dihitung mulai awal 2022.

Kepala BPS Jember, Tri Erwandi, menerangkan, pada BRS tentang IHK/ Inflasi Jember Desember 2022, pihaknya mencatat inflasi Jember mencapai 7,39 persen, baik YoY maupun YtD, Desember 2022. Arti lainnya, bahwa Jember terekam mengalami inflasi yang tinggi sepanjang 2022.

"Jadi memang tidak bisa direm begitu saja (inflasi). Karena angka tahunan ini diperoleh dari angka bulanan. Jadi kalau mau meredam ya mulai Januari harus beraksi (mengendalikan inflasi)," jelasnya, Senin (02/01/2023).

Menurutnya, tingkat inflasi tahunan yang dialami Jember disebabkan kenaikan beberapa komoditas dalam beberapa bulan terakhir sebelum menutup tahun. Adapun di beberapa komoditas tertentu, kondisi di Jember mengalami kenaikan lebih dulu dibanding daerah lain.

Ini menjadikan Jember hanya mengalami inflasi lebih dulu saja menurutnya. “Daerah lainnya belum naik beberapa komoditas, suatu saat dia akan naik, kita sudah duluan," ulasnya.

Tingginya inflasi tahunan ini juga disebabkan lalainya tim pengendali inflasi daerah (TPID) di awal tahun 2022 hingga menjelang akhir tahun. Hanya pada 3 bulan terakhir, upaya TPID baru tampak sangat masif.

"Jadi upaya TPID Januari sampai Agustus itu kurang ya. Karena mungkin masih dianggep biasa-biasa saja. Padahal di sana sudah mulai ada inflasi 1 persen lebih, biasanya nggak sampai 1. Ditambah bulan September ada kenaikan BBM," ujarnya.

Sementara itu, tercatat penyumbang inflasi tertinggi adalah kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau, yang mencapai 8,27 persen dengan andil terbesar dalam inflasi. Disusul kelompok pengeluaran transportasi masyarakat, yang tentu berkaitan erat dengan fenomena kenaikan harga BBM. Kelompok pengeluaran tersebut mencapai 13,91 persen, dengan andil terbesar kedua. (yud/bil/diy)