Buruh dan pendidikan Nasional dalam Pusaran Revolusi Industri hingga Revolusi Mental
Perubahan terus berlari kencang revolusi industri 4.0 akan segera meninggalkan kita dan memasuki Revolusi Industri versi 5.0 yang nantinya akan membawa kita pada konsep era society digital terintegrasi dengan sumber daya manusia (SDM).
Polemik perburuhan belum pernah berhenti sepanjang masa. Berawal lahirnya revolusi industri (abad ke-19), dimana revolusi industri menimbulkan dampak luar biasa bagi para buruh perusahaan, tenaga manusia banyak tergantikan dengan mekanikal dan berbagai perangkat hasil dari perkembangan teknologi.
Revolusi industri yang terus bergerak mengikuti perkembangan teknologi, maka hal ini bagi kaum buruh sedikit demi sedikit tersingkirkan. Dengan perkembangan itu, semua berdampak bergerak secara otomatis pada kondisi politik menjadi kurang stabil.
Revolusi Industri 1.0 , 2.0, dan 3.0 bergerak terus hingga versi 4.0 yang dimulai tahun 2021 berikut kemampuan teknologi digital sebagai kekuatan platform dari berbagai perusahaan. Pekerjaan dilakukan dan diperintah kebanyakan pakai internet of things (kecerdasan buatan).
Perubahan terus berlari kencang revolusi industri 4.0 akan segera meninggalkan kita dan memasuki Revolusi Industri versi 5.0 yang nantinya akan membawa kita pada konsep era society digital terintegrasi dengan sumber daya manusia (SDM).
Konsep Revolusi Industri 5.0, ini akan menekankan pada pengguna teknologi modern dengan melibatkan SDM sebagai komponen utama. Artinya SDM yang didukung dengan kreatifitas dan semangat belajar untuk lebih berkarya akan menjadi tumpuan dari era society 5.0 ini.
Untuk menghadapi Revolusi Industri era society 5.0 ini, yang terutama adalah persiapan kualitas SDM akan mampu menembus era itu. Sekarang siapa yang melahirkan SDM berkualitas tersebut?
Tentu Pemerintahlah yang paling bertanggubjawab. Pemerintah wajib melahirkan SDM SDM yang dibutuhkan oleh era 5.0 tersebut. Pemerintah harus mampu menyediakan seluas luasnya baik sarana prasarana serta regulasi yang memadai untuk melahirkan SDM berkualitas bagi para buruh, sehingga endingnya memperoleh kesejahteraan yang diharapkan bagi buruh dan rakyat pada umumnya.
Berbicara upaya mempersiapkan SDM yang mumpuni dalam menghadapi era society 5.0 tentu tidak lepas dari pendidikan, tepat 2 Mei adalah hari lahir Pahlawan Pendididian Nasional, Ki Hadjar Dewantara yang dijadikan Hari Pendidikan Nasional.
Dalam setiap tahunya terus merefleksikan bergerak upaya mencerdaskan bangsa. Ki Hadjar Dewantara bercita cita ketika Bangsa ini Cerdas maka sejahteralah rakyatnya.
Dalam momentum 2 Mei 2023 ini, sesuai Surat No. 12811/MPK.A/TU.02.03/2023 tentang Pedoman Hari Pendidikan Nasional tahun 2023 Oleh Menteri Dikbudristek dengan menetapkan tema "Bergerak bersama semarakan merdeka belajar".
Yang pada pokok intinya upaya pencanangan sistem pendidikan dengan mengutamakan perkembangan kondisi kekinian anak didik, yang berorientasi dan percepatan perkembangan media dan teknologi.
Artinya, pendidik dituntut mampu melakukan penggalian terhadap talenta seluasnya setiap anak didiknya, dampak positif akan lahir anak didik yang mampu mengekploitasi kemampuan dan kreatifitas dengan maksimal yang kemudian mampu berdaya saing dan produktif di dunia kerja.
Tuntutan para pendidik bukan hanya kreatifitasnya tapi jauh lebih penting adalah menjadi guru yang sebenarnya "dapat dugugu dan ditiru' dalam hal intergritas para guru bukan hanya mengajar tapi mampu mendidik dengan menjadi panutan berkarakter jujur, amanah dan berbudi luhur.
Dengan demikian kelak akan lahir buruh/ pekerja yang kreatif berkarakter, pengusaha berkapabilitas berkarakter. Artinya, SDM yang lahir dari lingkungan pendidikan karakter akan mampu dipertanggungjawabkan secara moral karena lahir dari guru/pendidik yang berkarakter juga.
Endingnya akan berbanding lurus dengan revolusi mental dengan terpenuhinya kinerja berintegritas, etos kerja dan gotong royong.
Selamat datang Revolusi Industri era society 5.0. yang tentu kesejahterakan rakyat telah di depan mata. (Oleh : Direktur YLBH Fajar Trilaksana, A. Fajar Yulianto)