Disaat Harga Beras Merangkak Naik, Probolinggo akan Masuki Musim Panen Raya Gabah
Pemkab berharap untuk menekan hilangnya hasil saat panen raya tiba. Penekanan itu juga disosialisasikan di 10 daerah potensi penghasil padi seperti, di Kecamatan Kotaanyar, Paiton, Kraksaan, Krejengan, Besuk, Pakuniran, Tongas, Gading, Pajarakan dan Maron.
Probolinggo, HB.net - Disaat harga beras mulai merangkak naik. Ternyata, Kabupaten Probolinggo sebentar lagi masuk musim panen raya gabah atau padi dibeberapa wilayah. Untuk menyongsong panen raya, Pemkab Probolinggo melalui Dinas Ketahamam Pangan (DKP) telah menyiapkan beberapa langkah.
Pemkab berharap untuk menekan hilangnya hasil saat panen raya tiba. Penekanan itu juga disosialisasikan di 10 daerah potensi penghasil padi seperti, di Kecamatan Kotaanyar, Paiton, Kraksaan, Krejengan, Besuk, Pakuniran, Tongas, Gading, Pajarakan dan Maron.
Kepala DKP Kabupaten Probolinggo, Yahyadi, mengatakan, dalam rangka mengantisipasi dan mewujudkan ketahanan pangan yang tangguh, pihaknya memberikan sosialisasi untuk mengikhtiarkan bagaimana sebentar lagi akan menyongsong panen raya.
“Panen raya itu sudah diupayakan sebaik-baiknya, yang nantinya bisa ditangkap oleh semua pihak yang berkepentingan termasuk penggilingan padi, Bulog dan sebagainya,” katanya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kehilangan hasil antara 2 hingga 2,5 persen dari total produksi. “Untuk itu, alangkah baiknya kalau kehilangan hasil ini diminimalisir agar tidak terjadi 2-2,5 persen. Saya sudah koordinasi dengan Dinas Pertanian di masa tanam 2022 dan 2023. Sebab masa tanam itu ada dipergantian tahun,” jelasnya.
Masa tanam pertama terjadi pada Nopember, Desember, Januari, Februari dan Maret. Masa tanam pertama sampai 16 Februari 2023 sudah mencapai luasan 17.696 hektar. Ini kalau tidak diantisipasi dalam rangka mengamankan pangan Kabupaten Probolinggo dalam hal kehilangan hasil.
“Kalau kita hitung, kehilangan hasil itu per hektarnya sekitar 110 kg atau 1 kwintal. Kalau sampai 17.696 hektar, kehilangan hasil yang kita buang sekitar 19.430 ton. Ini eman-eman kalau tidak diupayakan dalam hal mengantisipasi hasil panennya,” terangnya.
Yahyadi mengajak semua pihak untuk bersama-sama mewujudkan bagaimana ketahanan pangan di Kabupaten Probolinggo betul-betul menjadi tumpuan ke depannya. Karena ke depannya, takut terjadi lagi seperti tahun 2022 akhir dan 2023 awal dan menjadi permasalahan baru lagi.
“Sebab sudah muncul biasanya petani kalau sudah panen raya harganya anjlok. Jika sudah waktunya memupuk, pupuknya tidak ada. Ini sudah permasalahan klasik yang perlu diatasi. Kalau ditambah lagi, maka ada 3 permasalahan klasik yang terus menerus yang harus diatasi,” tegasnya. (ndi/diy)