Dua Sipir Wanita Siap Amankan Aksi Kerusuhan di Lapas Ngawi
Setelah bergabung dalam jajaran sipir Lapas Ngawi, dua wanita muda tersebut masuk dalam pasukan huru hara (PHH) yang dipersiapkan pihak Lapas Ngawi apabila terjadi kekacauan didalam Lapas.
Ngawi, HB.net - Di jajaran sipir lembaga pemasyarakatan (lapas) Ngawi ada yang menarik, dengan bergabungnya dua wanita muda dalam pasukan huru hara (PHH). Dua wanita muda tersebut wajib siaga kapan saja dibutuhkan sewaktu kondisi lapas genting.
Sejak 2017, Rahma (26) warga kabupaten Madiun dan Rezy (23) warga Ponorogo memulai kariernya sebagai PNS di Kemenkumham yang ditempatkan di lapas klas II B Ngawi. Setelah bergabung dalam jajaran sipir Lapas Ngawi, dua wanita muda tersebut masuk dalam pasukan huru hara (PHH) yang dipersiapkan pihak Lapas Ngawi apabila terjadi kekacauan didalam Lapas.
Namun untuk aktifitas keseharian dua kaum hawa tersebut lebih banyak bergaul dengan para napi di blok wanita.
"Saya mulai ditempatkan di Lapas Ngawi pada 2017. Kalau motivasi saya memang berkarier di Kemenkumham yang kebetulan ditempatkan di Lapas Ngawi," jelas Rahma saat ditemui HARIAN BANGSA.
Sedangkan untuk Rezy yang asli dari kota reog memang berkeinginan untuk bekerja di Lapas. Akhirnya ia mengikuti tes CPNS Kemenkumham pada 2017 yang juga ditempatkan di Lapas Ngawi. Kedua wanita cantik tersebut tergabung di PHH dengan anggota 18 orang dan mayoritas pria.
Sebelumnya, kedua kaum hawa tersebut mengikuti seleksi dan pendidikan sebagai pasukan huru-hara yang sengaja dipersiapkan Lapas untuk mengantisipasi apabila keadaan darurat atau terjadi kekacauan. Kedelapan belas personil PHH tersebut harus siap 24 jam apabila dibutuhkan sewaktu-waktu di dalam Lapas.
Untuk aktifitas kesehariannya mereka sebagai pendamping warga binaan. Tugas utama kedua sipir cantik tersebut lebih banyak mendengarkan keluhan para warga binaan dan mengatasi keributan yang kerap terjadi di blok napi wanita.
"Biasanya kita mendengarkan curhatan para napi wanita. Misalnya tentang pacar, anaknya diambil suaminya bahkan terkait keluarga mereka," urai Rezy.
Bahkan apabila terjadi keributan antar napi wanita mereka siap menengahi dan melerai apabila sampai fisik. Selain itu tugas mereka juga harus siap dalam 24 jam apabila Lapas memanggil.
Dengan dilibatkannya kedua wanita dalam PHH menurut Kepala Kesatuan Pengamanan Lapas (KPLP) akan lebih humanis dalam bertindak. Selama ini aktif melakukan kegiatan antisipasi dengan latihan dan simulasi.
"Dengan kita libatkan sipir wanita akan lebih humanis dalam menghadapi keributan. Namun sampai saat ini mereka belum pernah memakai seragamnya dan bertindak. Kalau bisa ya jangan sampai terjadi," tegas Ervans kepala KPLP lapas Ngawi. (nal/sof/diy)