Electrifying Agriculture, Solusi PLN Tingkatkan Kualitas dan Kesejahteraan Petani
Bukti nyata hasil program EA ini bisa dilihat pada tiga usaha hidroponik di Surabaya yakni Kebun Sayur Surabaya, Jawara Farm dan KRPL Serpis.
Surabaya, HB.net – Program Electrifying Agriculture (EA) yang diluncurkan PLN sejak tahun 2021 dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani, petambak, peternak hingga perkebunan terus membuahkan hasil. Peminat program EA ini pun dari tahun ke tahun terus meningkat. Dengan program EA ini pelaku usaha bisa meningkatkan produksi, dan biaya operasional menjadi lebih efisien.
Program dalam pelaksanaanya yang dikemas dalam tanggung jawab sosial (TJSL)PLN ini, peminatnya pun antre untuk bisa mendapatkan program tersebut. Para peminat ingin merasakan terangnya nasib mereka seperti tekad PLN yang ingin menerangi seluruh pelosok negeri.
Bukti nyata hasil program EA ini bisa dilihat pada tiga usaha hidroponik di Surabaya yakni Kebun Sayur Surabaya, Jawara Farm dan KRPL Serpis. Pada usaha hidriponik itu, PLN memberikan bantuan berupa peralatan produksi berbasis listrik. Peralatan-peralatan ini digunakan untuk growth light, penyiraman dan kontrol suhu. Adanya peralatan tersebut membuat tanaman hidroponik tumbuh lebih cepat, sehingga lebih cepat panen.
Ketua KRPL Serpis, Yuni, mengatakan, PLN juga memberikan bantuan berupa sarana prasarana hidroponik guna penambahan areal produksi di lahan fasilitas umum (fasum) yang telah diberikan izin Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.
“Sederet bantuan yang diberikan PLN terbukti meningkatkan produksi dan omzet petani. Sejalan dengan itu, kesejahteraan petani pun turut terangkat. Omzet KRPL Serpis meningkat setelah ada bantuan dari PLN, setidaknya sekitar 20 persen," kata Yuni beberapa waktu lalu.
Terpisah, Pembina Kelompok Tani Serpis, yang juga sebagai salah satu pendiri, Hidayat (Dayat) menegaskan, kehadiran PLN Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Timur dan Bali (UIP JBTB) sangat membantu Serpis. Pada tahun pertama PLN memberikan dana sosial Rp 50 juta dan itu kita manfaatkan sebaik-baiknya.
"Tahun berikutnya kita diberikan bantuan lagi Rp 100 juta dan jadilah ini semakin berkembang. Kami juga selalu melaporkan perkembangan kegiatan kami kepada PLN,” katanya saat ditemui di lokasi Serpis, Selasa (12/12/20230).
Serpis sendiri merupakan kepanjangan dari serai jeruk nipis, berdiri sejak tahun 2017. Memiliki 30 anggota yang semuanya merupakan para ibu-ibu di kawasan tersebut untuk menambah penghasilan mereka.
"Dari beberapa yang kekurangan uang kita bantu dengan menjadi petani. Sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan petani. Kami juga mengajarkan mereka bercocok tanam menggunakan sistem hidroponik. Karena beda dengan bidang tanah untuk perawatannya," katanya.
Tugas mereka yakni membibit, pengecekan nutrisi dan pengecekan apabila terjadi kendala misalnya air tak mengalir ataupun lainnya. Serta menjaga kebersihan lingkungan.
"Kita bagi piket bergantian," jelasnya.
Untuk saat ini, tanamaan yang ditanam yakni aneka sawi, aneka kangkung, aneka bayam, aneka kole, aneka selada dan masih banyak lagi. Masing-masing memiliki masa tanam yang berbeda antara 30 hingga 40 hari.
Seperti sejak awal beranjak untuk pemberdayaan jadi tetap mengarah kesana, sehingga tidak 100 persen bisnis. Untuk prosentase pendapatan 60 persen dijual dan 40 persen dikonsumsi sendiri. Sehingga anggota bisa mengambil tanaman yang dibutuhkan. Manfaat lainnya yakni manfaat ruang untuk ruang publik. Karena disana juga banyak pelatihan dan kunjungan, apalagi menjadi percontohan. Ketiga mentransfer knowledge.
Dayat juga menegaskan jika program EA bersistem hidroponik ini memiliki banya kelebihan diantaranya ramah lingkungan, kaualitas bagus karena higienis dan pembasmi hama dari bahan alami.
“Karena kita sepmrot menggunakan air dari butro wali, tembakau dan daun papaya. Jadi sehat dan aman. Masa panenya juga lebih cepat jadi lebih efisien dengan sistem kelistrikan ini,” paparnya.
General Manager PLN UIP JBTB, Muhammad Ramadhansyah, mengatakan program TJSL dilaksanakan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Pemanfaatan listrik untuk pertanian hidroponik dapat membuat waktu panen semakin cepat sehingga diharapkan berdampak positif untuk meningkatkan penghasilan.
"Dengan pemakaian listrik untuk usaha ini tentunya dapat meningkatkan produktivitas pertanian hidroponik sehingga diharapkan kualitas tanaman meningkat dan waktu panen lebih cepat," katanya.
Tantangan kini kembali pada PLN, sanggupkah PLN memperluas program tersebut ke seluruh pelosok negeri? Mengingat Indonesia adalah negara agraris yang sangat bergantung pada pertanian. Menunggu hasil perjuangan PLN untuk menerangi seluruh pelosok negeri yang bakal berbuah manis. (diyah khoirunisa)