Haul Ke-13, Gus Dur Dikukuhkan sebagai Pahlawan Rakyat

Peringatan 13 tahun meninggalnya KH. Abdurrahman Wahid, atau yang biasa disebut Haul Gus Dur, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jombang menggelar syukuran dan doa bersama yang dilaksanakan di halaman kantor PWI setempat, Minggu (18/12).

Haul Ke-13, Gus Dur Dikukuhkan sebagai Pahlawan Rakyat
Peringatan 13 tahun meninggalnya KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di halaman kantor PWI Jombang. Aan Amrulloh/ HARIAN BANGSA

Jombang, HARIANBANGSA.net - Peringatan 13 tahun meninggalnya KH. Abdurrahman Wahid, atau yang biasa disebut Haul Gus Dur, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jombang menggelar syukuran dan doa bersama yang dilaksanakan di halaman kantor PWI setempat, Minggu (18/12).

Dalam acara tersebut PWI Jombang,  menggandeng Forum Komunikasi Masyarakat Jombang (FKMJ). Turut hadir pula paguyuban tukang becak, Ikatan Penyandang Cacat (IPC), pengurus Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) Jombang, Indonesia Tiong Hoa (Inti), serta Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI). Selain itu juga hadir anggota Pemuda Lintas Etnis (PLE), sejumlah pendeta dari beberapa gereja, serta romo dari perwakilan Katolik.

Kegiatan yang dihadiri puluhan orang itu sepakat mengukuhkan Gus Dur sebagai Pahlawan Rakyat. Selain itu, juga mendesak Pemkab Jombang untuk menetapkan Desember sebagai Bulan Gus Dur.

Acara dimulai dengan doa bersama untuk mendiang Gus Dur. Setelah itu masing-masing dari perwakilan menyampaikan testimoni sosok KH Abdurrahman Wahid.

Testimoni pertama disampaikan oleh Pegiat Wayang Potehi Gudo Jombang, Toni Harsono. Toni mengungkapkan bahwa sosok Gus Dur adalah orang yang paling berjasa bagi umat Khonghucu dan etnis Tionghoa. Selama Orde Baru, warga Tionghoa dibatasi dalam bereskpresi. Perayaan Imlek dilarang. Seni budaya dari Cina adalah tak boleh ditampilkan di muka umum.

Orde Baru tumbang, Gus Dur naik menjadi presiden. Saat itulah Gus Dur menjadi dewa penolong bagi kaum minoritas ini. Pria asal pesantren Tebuireng Jombang ini mencabut Instruksi Presiden atau Inpres Nomor 14 Tahun 1967 tentang larangan perayaan Tahun Baru Imlek di tempat-tempat umum di Indonesia.

Itulah angin segar bagi kaum Tionghoa. Tono Harsono sendiri akhirnya bisa mengembangkan wayang Potehi. Bahkan saat ini budaya tersebut sudah berkibar di tingkat nasional. Toni pentas di berbagai tempat.

Hal senada diungkapkan Ketua FKMJ Suudi Yatmo. Dia menyebut bahwa Gus Dur adalah orang aneh. Gus seolah sudah tahu bahwa dirinya hendak menjadi presiden pada 1999. Suudi bersahabat lama dengan Gus Dur. Bahkan presiden ke-4 ini pernah mampir ke rumahnya di Desa Betek, Kecamatan Mojoagung, Jombang. Sahabat satunya lagi adalah Asmuni, pelawak Srimulat. "Saya, Gus Dur dan Asmuni bersahabat. Tapi saya lebih suka disebut santrinya Gus Dur," kata Abah Suudi, panggilan akrab Suudi Yatmo.

Suudi punya cerita 'gila' saat Gus Dur terpilih menjadi presiden. Saat itu 20 Oktober 1999. Saat siang menjelang sore, Suudi mendapat kabar bahwa sahabatnya itu terpilih menjadi orang nomor satu di Indonesia. Pengusaha asal Mojoagung ini bergegas ke masjid terdekat. Dia memukul bedug bertalu-talu.

Tentu saja, orang-orang kaget karena Zuhur sudah usai, sedangkan waktu Asar belum masuk. Warga yang datang ke masjid kemudian diajak oleh Suudi untuk melakukan Sujud Syukur. Hal itu sebagai bentuk syukur atas terpilihnya Gus Dur sebagai presiden.

"Setelah sujud syukur, semua saya ajak ke warungnya Asmuni yang ada di Trowulan Mojokerto. Semuanya makan secara gratis. Ya, untuk syukuran Gus Dur menjadi presiden. Makanan di warung milik Asmuni sampai kehabisan. Semuanya makan gratis," kata Suudi mengenang peristiwa 23 tahun lalu itu.

Oleh sebab itu, Suudi sepakat dengan hasil diskusi yang dihelat PWI Jombang dengan mengukuhkan Gus Dur sebagai pahlawan. Itu mengingat peran Gus Dur sangat besar terhadap bangsa ini. Semisal tentang demokratisasi di Indonesia. Juga tentang keperpihakan Gus Dur terhadap kelompok minoritas. "Gus Dur bisa menyatukan perbedaan. Beliau layak sebagai pahlawan," pungkasnya.

Deklarasi pengukuhan Gus Dur sebagai pahlawan rakyat itu dibacakan oleh Sekretaris PWI Jombang Moh Syafii. Beberapa poin dibacakan secara gamblang. Setelah itu diakukan doa bersama. Sebanyak enam tumpeng disajikan. Di sela itu, seorang warga Tionghoa mengangkat foto Gus Dur dalam bingkai besar.

"Tumpengan ini sebagai penanda pengukuhan Gus Dur sebagai pahlawan rakyat. Pengukuhan ini sebagai upaya untuk terus merawat nilai-nilai yang ditinggalkan Gus Dur. Kami juga mendesak kepada Pemkab Jombang agar menjadikan Desember sebagai Bulan Gus Dur," pungkas Syafii.(aan/rd)