Inilah E-commerce Paling Mendukung Produk Lokal selama Pandemi
Tendensi kenaikan minat masyarakat terhadap merek lokal terus meninggi. Didukung dengan kemudahan berbelanja konsumen melalui kanal e-commerce.
Jakarta, HARIAN BANGSA.net - Tendensi kenaikan minat masyarakat terhadap merek lokal terus meninggi. Didukung dengan kemudahan berbelanja konsumen melalui kanal e-commerce. Hal ini diungkap pada riset terbaru MarkPlus Insight: Peran E-commerce dalam Mendukung Merek Lokal Selama Pandemi secara virtual melalui Zoom, Kamis (14/10).
Acara ini dihadiri oleh Staf Khusus Menteri Koperasi UKM Indonesia Tubagus Fiki Chikara Satari, Owner Dakara Indonesia Ayu Purnamasari, dan Head of High-Tech, Property & Consumer Goods MarkPlus, Inc Rhesa Dwi Prabowo, sekaligus peneliti dalam riset ini.
Survei melalui penelitian kualitatif dengan kuesioner terstruktur ini mengungkap terdapat peningkatan penjualan produk lokal di kanal online secara signifikan. Meski terdapat angka kenaikan yang fantastis, namun hanya 18 persen UMKM di Indonesia yang sudah beradaptasi dengan platform penjualan digital.
“Kecenderungan konsumen membeli produk lokal makin meninggi didorong beberapa faktor. Di antaranya selama pandemi, pemasaran online menjadi fokus bagi para pelaku usaha produk lokal menggencarkan pemasaran dan mempromosikan produk di media sosial dan e- commerce, mengikuti berbagai program e-commerce, serta membuat berbagai konten yang menarik,” ungkap Rhesa, terkait ketertarikan khalayak terhadap merek lokal.
Di tengah maraknya globalisasi, persaingan dagang merek lokal dengan merek global kian kompetitif. Tak ayal, kemudahan bertransaksi digital saat ini juga menjadi pendorong mudahnya konsumen berbelanja tanpa melihat batasan ruang dan waktu.
Staf Khusus Kementerian Koperasi dan UKM Tubagus Fikri Chikara Satari mengungkap target pemerintah pada tahun 2040, yaitu 30 juta UKM akan onboarding untuk digitalisasi. Hal ini kemudian ditindak lanjuti oleh Kemenkop UKM dengan menggelar beragam program kemitraan dan pendampingan yang melibatkan universitas, asosiasi, online delivery platform, serta jejaring ritel termasuk e-commerce.
“Strategi kita mengkonsolidasi usaha mikro ini adalah dengan mendorong UKM dan juga industri usaha besar agar menjadi mitra, konsolidator, dan aggregator,” ujar Fiki.
Lebih lanjut, tokoh Asosiasi E-commerce Indonesia Ignatius Untung mengatakan, sebetulnya, semua e-commerce sudah punya section khusus yang isinya produk lokal.
“Tapi kalau saya lihat, e-commerce lokal seperti Tokopedia benar-benar punya inisiatif yang baik untuk mendorong perkembangan produk-produk lokal. Bisa dilihat bahwa setidaknya di platform tersebut semua penjualnya dari Indonesia, tidak ada yang dari luar,” ujar Ignatius selaku Dewan Pakar idEA pada sesi interview dengan MarkPlus.
Owner Dakara Indonesia Ayu Purnamasari yang turut hadir memaparkan sudut pandangnya selaku pegiat usaha lokal di bidang fesyen. Meniti usahanya sejak 2017, inisiatif Ayu menggunakan platform digital sebagai sarana penjualan dimulai sejak pandemi Covid- 19. Setelah omzetnya sempat anjlok hingga 100 persen, pihaknya mampu kembali meningkatkan omzet dengan memanfaatkan beragam fitur dan program yang dihadirkan platform e-commerce.
“Hampir 100 persen tidak ada omzet sama sekali. Akhirnya ketika semua toko offline kami tutup, saya berinisiatif membuka toko di marketplace. E-commerce membantu sekali saya untuk berjualan online karena mereka punya banyak campaign dan program yang menguntungkan baik bagi penjual maupun pembeli.” pungkas Ayu.
Dari hasil survei ini diungkap bahwa 51 persen responden memilih Tokopedia sebagai e-commerce yang paling diminati untuk membeli produk lokal. Diikuti Shopee (40,8 persen), Lazada (4 persen), Bukalapak (3,4 persen), JD.ID (0,4 persen), dan Blibli (0,4 persen). Data lain yang ditemukan dari survei ini, ada 5 produk lokal favorit konsumen e-commerce Indonesia, yaitu fesyen (63,8 persen), makanan & minuman (49,4 persen), produk rumah tangga (48,2 persen), mainan & hobi (40,6 persen), serta produk ibu & bayi (36,2 persen).
“Menurut responden, Tokopedia menjadi pilihan utama karena menyediakan kategori khusus toko UMKM pilihan pada e- commerce tersebut (65 persen) dan banyak mempromosikan produk lokal di berbagai program promosinya (48,6 persen),” ujar Rhesa.
Di sisi lain, Lazada dipilih karena berdasarkan pengetahuan responden. Platform tersebut menyediakan dukungan secara keuangan dalam bentuk kredit atau bantuan modal (42,1 persen) diikuti Shopee (33,9 persen). Namun yang perlu menjadi keterangan, untuk Lazada dan platform e-commerce lainnya hanya dipilih kurang dari 30 responden,” ujar Rhesa.(rd)