Inkubasi Wirausaha Atasi Keterpurukan Ekonomi

Berbagai upaya dilakukan oleh Pemkot Mojokerto dalam mengatasi keterpurukan ekonomi masyarakat akibat dampak pandemi Covid-19.

Inkubasi Wirausaha Atasi Keterpurukan Ekonomi
Ning Ita memberikan motivasi langsung kepada para peserta penikmat program.

Mojokerto, HARIAN BANGSA.net - Berbagai upaya dilakukan oleh Pemkot Mojokerto dalam mengatasi keterpurukan ekonomi masyarakat akibat dampak pandemi Covid-19. 

Salah satu di antaranya adalah pelatihan inkubasi wirausaha.  Melalui Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan (DiskopUKM Perindag), sudah melaksanakan pelatihan inkubasi wirausaha di berbagai bidang.

Hal itu, merupakan upaya konkret yang dilakukan Pemkot Mojokerto untuk mendorong jiwa wirausahai bagi penerima manfaat dari 4.300 saaran.

Walikota Mojokerto Ika Puspitsari memantau langsung di setiap pendidikan dan pelatihan bagi penerima manfaat inkubasi wirausaha dengan sasaran 4.300 orang.

Di antaranya, saat Ning Ita, sapaan akrab walikota Mojokerto memantau pelatihan bidang usaha batik tulis dan batik cap. Acara ini  digelar di Gedung Workshop Alas Kaki, Jalan Raya Surodinawan, Kota, Senin (13/9).

Ning Ita menjelaskan bahwa Inkubasi adalah proses pembinaan,pendampingan dan pengembangan oleh inkubator wirausaha kepada peserta untuk membentuk wirausaha baru yang memiliki nilai ekonomi dan daya saing tinggi.

Yang membina dan mendampingi selama kurang lebih 6 bulan adalah inkubator (wirausaha jenis yang sama yang sudah ada).  Proses pelatihan sekitar seminggu. Kemudian, pendampingan 6 bulan, pemberian bantuan permodalan, diintegrasikan dengan pemasaran lokal dan digital marketing. Lalu, dibuatkan koperasi per jenis usaha.

“Yang dimaksud inkubasi di sini adalah memberikan pelatihan sampai dengan menjadi pengusaha. Mulai dari pelatihan, pendampingan, permodalan, pemasaran. Bukan hanya dilatih diberi sangu dan pulang,” ungkap Ning Ita.

Oleh karena itu dibutuhkan keseriusan pemerintah menfasilitasinya. Masyarakatnya juga harus serius dan istikomah. Mengingat pelatihannya tidak cukup 1-2 bulan. Dicontohkan adanya Batik Erna, Batik Sofie, Batik Hindun, dan yang lain ini adalah berkat keseriusn dan istikomah hingga jaya seperti sekarang ini.

Setiap daerah mempunyai ciri khas batik sendiri-sendiri. Ke depan Kota Mojokerto akan menjadi daerah wisata. Dengan demikan akan dibutuhkan oleh-oleh. Di antaranya batik mulai dari harga yang murah dang mahal dengan berbagai kualitasnya.

Ning Ita juga berharap, pembatik bisa berinovasi lebih. Misalnya membuat jilbab dengan inovasi batik. Tamu-tamu daerah juga bisa membawa oleh-oleh dari Kota Mojokerto.(ris/rd)