Jatim Jajaki Sister Province dengan Alexandria

Provinsi Jawa Timur melakukan penjajakan untuk bisa menjalin kerja sama bahkan menjadi sister province dengan Alexandria Mesir.

Jatim Jajaki Sister Province dengan Alexandria
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menghadiri wisuda mahasiswa Unipdu Jombang,

Jombang, HARIANBANGSA.net - Provinsi Jawa Timur melakukan penjajakan untuk bisa menjalin kerja sama bahkan menjadi sister province dengan Alexandria Mesir. Untuk itu, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bakal mengirim tim ke Mesir pada awal Desember mendatang.

Penjajakan sister province Jatim dengan Mesir ini bermula dari Kunjungan Dubes Mesir untuk Indonesia ke Gedung Negara Grahadi, beberapa waktu lalu. Kemudian ditindaklanjuti oleh Dubes RI yang ada di Mesir, Muhammad Lutfi dengan berkirim surat agar Pemprov Jawa Timur mempertimbangkan untuk melakukan sister province dengan Alexandria.

“Saya mencoba mengomunikasikan, Insya Allah awal Desember ini akan ada yang ke sana. Jadi bukan saya, tapi saya kirim tim untuk melakukan penjajakan nanti apa saja yang kita bisa lakukan kerja sama dengan Mesir. Kebetulan sekarang ini sudah ada rencana kerja sama dengan kabupaten Malang dan Batu,”  katanya setelah menghadiri wisuda mahasiswa Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Jombang, Minggu (28/11).

Lebih lanjut, Khofifah menerangkan bahwa saat ini Mesir sedang membangun 14 kota baru, kota yang benar benar baru. Sedangkan untuk pembangunan kota tersebut membutuhkan tanaman-tanaman hias yang dulu diimpor dari India. Kemudian, Mesir melihat ada peluang kerja sama terkait tanaman hias ini dengan Kabupaten Malang dan Kota Batu.

“Pada tanggal 26 November kemarin itu jalan ke Mesir untuk membawa tanaman-tanaman hias. Komandannya Pak Mentan sendiri. Dari Kota Batu dan dari bupati Malang juga sama melakukan misi dagang ke Mesir,” terangnya.

Selain hubungan ekonomi, hubungan bidang pendidikan dan budaya juga akan dibangun dengan melakukan penguatan kembali antara Pemprov Jawa Timur dengan Mesir. Terutama nanti kalau sister province sudah bisa terjalin.

Untuk bidang pendidikan, Kedubes Mesir sudah berkeliling ke berbagai pesantren salaf untuk mengetahui proses pembelajaran. Sebab, lanjut Khofifah, dari proses pembahasan dengan wakil Grand Syeikh Al-Azhar, diketahui ada standardisasi yang tidak terpenuhi oleh Al Azhar. Sebab pesantren itu bukan kategori pesantren yang standar pengajarannya dari Kementerian Agama.

“Oleh karena itu, saya minta dicek itu, bahwa mereka bahasa Arabnya bagus. Kalau misalnya mereka harus punya modal hafalan, juga sudah standar keilmuannya bagus. Tetapi mekanisme di pesantren salaf yang tidak mendapatkan ijazah dengan standar Al Azhar. Hanya itu sebetulnya, lalu dicek,” tandasnya.

Untuk itu, Gubernur Khofifah berharap upaya tersebut mampu menjadikan pengajaran di pesantren salaf ini sebagai bagian dari apa pertimbangan kalau para santrinya akan melanjutkan kuliah di Al Azhar. Ataupun setidaknya menjadi pertimbangan seperti adanya ujian persamaan. (dev/rd)