Kader NU Didorong Lebih Banyak di Birokrat
Sebagai ormas keagamaan terbesar di nusantara, Nahdlatul Ulama (NU) memiliki kader yang tersebar di berbagai bidang dan profesi.
Surabaya, HARIANBANGSA.net - Sebagai ormas keagamaan terbesar di nusantara, Nahdlatul Ulama (NU) memiliki kader yang tersebar di berbagai bidang dan profesi. Namun, kader NU dinilai masih kurang di jalur birokrasi. Hal itu pun terjadi di Jawa Timur yang merupakan tempat NU dilahirkan, sekaligus basis NU.
Ketua Umum Forkom Jurnalis Nahdliyin (FJN) Muhamad Didi Rosadi mengungkapkan, pihaknya mendorong kader NU lebih banyak berkarir di birokrasi. Menurutnya, sebagai provinsi dengan jumlah nahdliyin terbesar sudah seharusnya kader NU mengisi semua lini yang ada, termasuk jalur birokrasi.
"Kalau bicara kultural, tentunya birokrat di Jatim mayoritas adalah NU. Tapi kalau bicara kader NU, masih minim di jalur birokrat," kata pria yang akrab disapa Diday, Jumat (17/11).
Jurnalis harian terbitan Surabaya ini mengatakan, dari hasil pengamatan FJN belakangan mulai muncul semangat para birokrat untuk aktif berorganisasi di NU maupun lembaga dan badan otonom dibawah naungan NU. Satu di antaranya adalah Danu Ardhiarso yang saat ini menjabat sebagai kepala bagian umum Sekretariat DPRD Jatim.
Diday menjelaskan, Danu meski merupakan birokrat karir lulusan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN), namun masih meluangkan waktu berorganisasi di NU. Ia pernah menjabat sebagai wakil bendahara di PW GP Ansor Jatim.
"Mas Danu ini paket lengkap. Beliau birokrat karir lulusan STPDN tapi juga kader NU. saat ini tercatat sebagai pengurus di Asisten Kerjasama (Asker) Satkorwil Banser Jawa Timur. Sosoknya sebagai pimpinan birokrasi yang punya kesadaran berkhidmat di NU, menjadi salah satu alasan FJN memberi apresiasi Tokoh Muda Nahdliyin Inspiratif 2023 kepada beliau," tutur Diday.
Sementara itu, Muslih Hasyim Sufy, kader senior Ansor mengakui masih kurangnya kader NU yang berkarir di jalur birokrasi. Menurutnya, di birokrasi kader NU lebih dominan di Kementerian Agama (Kemenag) berikut jajarannya.
Namun, mantan sekretaris Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Jatim itu menjelaskan, saat ini mulai tumbuh kesadaran birokrat berkhidmat di NU. Hal ini tak lepas dari era kebebasan paca reformasi. Sebab, di masa Orde Baru ada kecenderungan birokrat menyembunyikan identitasnya sebagai nahdliyin.
"Alhamdulillah, di era Gubernur Khofifah para birokrat menunjukkan kebanggaannya sebagai nahdliyin, bahkan pengurus NU. Tradisi NU pun semakin hidup di lingkungan Pemprov Jatim. Saya kira ini bagus, mengingat mayoritas warga NU adalah nahdliyin," ujar Cak Lih, panggilannya.(mdr/rd)