Keluarga Miskin dari Pokmas dan Pertukir Dibantu Modal hingga Rombong

Pemkot Surabaya memberikan bantuan berupa modal usaha, rombong, mesin jahit, hingga peralatan dan barang toko kelontong kepada 35 orang yang masuk kategori keluarga miskin.

Keluarga Miskin dari Pokmas dan Pertukir Dibantu Modal hingga Rombong
Penyerahan bantuan berupa modal usaha dan rombong kepada 35 orang yang masuk kategori keluarga miskin.

Surabaya, HARIANBANGSA.net - Pemkot Surabaya memberikan bantuan berupa modal usaha, rombong, mesin jahit, hingga peralatan dan barang toko kelontong kepada 35 orang yang masuk kategori keluarga miskin (Gamis), di Halaman Lobi Balai Kota Surabaya, Senin (15/1). 35 orang itu terdiri dari anggota kelompok masyarakat (Pokmas) yang bertugas memasak dan petugas pengirim (Pertukir) permakanan Kota Surabaya.

Dalam kesempatan tersebut, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi didampingi Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Surabaya Rini Indriyani, Sekretaris Kota Surabaya Ikhsan, serta Ketua Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Surabaya Moch. Hamzah memberikan bantuan kepada perwakilan penerima manfaat.

Eri mengatakan bahwa sejak ia menjabat sebagai kepala Badan Perencanaan Kota (Bappeko) Surabaya, warga yang tergabung di pokmas dan pertukir adalah keluarga miskin (gamis). Bahkan, sebelumnya, pemkot terlebih dahulu memberikan pelatihan memasak bagi pokmas untuk memenuhi kebutuhan permakanan. Yakni, warga yang bertugas memasak untuk program permakanan.

“Ini namanya padat karya dalam bidang permakanan. Dalam kenyataannya memang tidak hanya keluarga miskin. Tetapi seharusnya yang diutamakan adalah kelompok masyarakat dari keluarga miskin dulu,” kata Eri.

“Setelah mendapat bantuan, maka berapa pendapatan mereka? Karena kalau dia memiliki anak, bisa ikut bekerja lewat Program Padat Karya. Bahkan, ada orang tua dan anaknya ikut padat karya dan total pendapatan mereka dalam satu keluarga sudah mencapai Rp10 juta,” ujarnya.

Ia menerangkan bahwa Pemkot Surabaya tengah berkonsentrasi terhadap pengentasan kemiskinan dan pengangguran di Kota Pahlawan. Pemkot pun telah mengantongi data keluarga miskin. Mulai dari alamat, profesi pekerjaan, dan jumlah pendapatan yang diperoleh setiap bulannya.

Dari pengalaman sebelumnya, Cak Eri mengaku jika ada keluarga miskin yang telah mendapat bantuan oleh Pemkot Surabaya, namun barang-barang bantuan tersebut malah dijual dan tidak dikelola dengan baik.

“Bantuan akan dicabut karena ini untuk berusaha. Tapi sekarang akan kami pantau, apa yang diberikan pemkot bersama Baznas akan kami pantau. Tujuannya dipantau untuk menaikkan pendapatan mereka,” ungkapnya.

Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya, Anna Fajriatin menyampaikan, jumlah keseluruhan anggota pokmas dan pertukir mencapai 1559 orang, tetapi yang masuk dalam kategori keluarga miskin sebanyak 103 orang.

Dinsos Surabaya pun kembali melakukan updating data bersama kelurahan dan kecamatan. Dari pembaharuan data tersebut, 55 orang di antaranya masuk kedalam kategori keluarga miskin. Namun hanya 35 di antaranya yang bersedia menerima bantuan dari Pemkot Surabaya.

Anna melanjutkan, belajar dari pengalaman sebelumnya, agar bantuan tersebut tidak dijual, Dinsos Surabaya akan terus berkoordinasi dengan camat dan lurah setempat untuk melakukan pemantauan dan monitoring.

Bahkan, berdasarkan arahan Wali Kota Eri, Dinsos Kota Surabaya juga diminta membuat grup WAG yang beranggotakan OPD, camat, lurah, dan 35 penerima manfaat untuk dilakukan pemantauan. Proses pemantauan tersebut juga akan dimonitoring langsung oleh wali kota.

Anna melanjutkan, modal usaha yang diberikan kepada penerima manfaat jumlahnya bervariasi. Tergantung jenis bantuan yang diberikan. Maksimal modal usaha yang diterima penerima manfaat bisa mencapai Rp 5 juta.(ari/rd)