Kembalikan Kejayaan Produksi Udang, Jatim Optimalkan Tambak Tradisonal Berwawasan Lingkungan dan Berkelanjutan
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur,Dr Ir Dyah Wahyu Ermawati MA mengatakan sesuai arahan Presiden Joko Widodo untuk meningkatan produksi udang sampai dengan 2 juta ton serta peningkatan nilai ekspor sampai dengan 250 persen pada tahun 2024.
Surabaya, HB.net - Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur (DKP Jatim) berupaya mengoptimalkan tambak tradisional berwawasan lingkungan. Upaya itu untuk terus meningkatkan produksi udang windu Jatim yang pernah mengalami kejayaan pada tahun 1990. Hal menjadi fokus dalam Rapat Kerja Program Pembangunan Kelautan dan Perikanan di Jawa Timur, Selasa dan Rabu (14-15/6/2022) lalu di Surabaya.
Acara tersebut dihadiri sekitar 200 orang yang terdiri dari Asisten Deputi Pengembangan Perikanan Budidaya Kemenko Maritim dan Investasi, Dirjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dinas Perikanan se-Jawa Timur, akademisi, perbankan, organisasi swasta, dan stakeholder lain.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur,Dr Ir Dyah Wahyu Ermawati MA mengatakan sesuai arahan Presiden Joko Widodo untuk meningkatan produksi udang sampai dengan 2 juta ton serta peningkatan nilai ekspor sampai dengan 250 persen pada tahun 2024.
“Hal ini sejalan dengan perhatian besar Ibu Gubernur Jawa Timur, Ibu Khofifah Indar Parawansa terhadap peningkatan kesejahteraan, peningkatan ekonomi, serta digitalisasi masyarakat pesisir dalam mendukung Optimis Jatim Bangkit,” ujar Kadis Erma.
Wanita yang akrab disapa Erma ini mengatakan Provinsi Jawa Timur memiliki potensi tambak tradisional mencapai 42.384,24 Ha atau 85,1 persen, tambak semi intensif sebesar 8,2 persen atau 4.127 Ha dan tambak intensif sebesar 6,5 persen atau 3.428 Ha dari luasan total.
Ia menambahkan kontribusi tambak udang Jawa Timur terhadap Nasional hanya 17 persen dari seluruh total produksi udang di Indonesia.
“Dengan kondisi seperti ini maka diperlukan optimalisasi untuk meningkatkan produksi dan kualitas yang terintegrasi,” ungkapnya.
Erma menambahkan seiring berjalannya waktu, pembudidaya tambak tradisional mengalami berbagai permasalahan dalam pengelolaan tambak tradisionalnya. Diantaranya disebabkan menurunnya daya dukung lahan, munculnya penyakit, dan minimnya sarana praasarana seperti irigasi dan aliran listrik serta masalah lainnya, khususnya pada komoditas udang windu.
Dalam rapat kerja pengembangan tambak tradisional, DKP Jatim juga melakukan soft launching aplikasi Si TaRaLi (Sistem Tambak Ramah Lingkungan) yang merupakan platform dalam bidang budidaya untuk memudahkan akses informasi bagi pemerintah daerah, pembudidaya dan stakeholder lain.
Fitur yang ada dalam aplikasi ini dapat diakses melalui sitarali.com, terdiri dari berbagai aplikasi anatara lain Forum Petambak, E-Learning, Mobil Laboratorium Keliling, Bank Data Budidaya dan dilengkapi Akses Permodalan.
Aplikasi ini diharapkan memberikan kemudahan bagi masyarakat khususnya bagi petambak tradisional untuk menjadi platform berkomunikasi dan bertukar teknologi.
“Saat ini cakupan Sitarali masih mencakup untuk kegiatan budidaya tambak tradisional, ke depannya akan dikembangkan untuk kegiatan komoditas budidaya lainnya,” jelasnya. (mad/ns)