Kemenkumham Sulawesi Tengah Studi Tiru Ke Jatim
Kanwil Kemenkum HAM Jatim kembali menjadi jujugan dalam rangka studi tiru pembangunan zona integritas menuju WBK/WBBM.
Sidoarjo, HARIANBANGSA.net - Kanwil Kemenkum HAM Jatim kembali menjadi jujugan dalam rangka studi tiru pembangunan zona integritas menuju WBK/WBBM. Giliran Kanwil Kemenkum HAM Sulawesi Tengah menggelar bench learning untuk meraih predikat WBBM dalam kontestasi tersebut, Senin (20/3).
Rombongan yang dipimpin Kadiv Administrasi Raymond Johanis HT dan Kadiv Yankum HAM Max Wambrauw tersebut diterima oleh Kadiv Administrasi Jatim Saefur Rochim dan Kadiv Yankum HAM Subianta Mandala.
Dalam sambutannya, Saefur menyampaikan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan Kanwil Kemenkum HAM Sulteng. “Melalui forum ini, tentu menjadi sebuah kehormatan bagi kami di Jawa Timur. Kami berharap ini bisa menjadi media silahturahmi dan bertukar pikiran,” terangnya.
Termasuk, lanjutnya, dalam pembangunan zona integritas, dimana diharapkan predikat WBK dan WBBM yang telah diraih di Jatim bisa menular dan diraih oleh Kanwil Sulawesi Tengah. “Semoga sekembali dari Jatim, bisa pulang dengan membawa bekal dan inspirasi sehingga bisa memberikan yang terbaik untuk Kanwil Kemenkum HAM Sulawesi Tengah,” tukasnya.
Menurutnya, kanwil punya peran ganda. Selain sebagai pembina, juga sebagai pelaksana. Karena harus membina 63 UPT jajaran dan di saat bersamaan harus melaksanakan pembangunan zona integritas sebagai sebuah satker.
“Jadi, kalau kanwil sudah meraih WBBM, tidak ada alasan lagi dari UPT untuk bermalas-malasan melakukan pembangunan zona integritas. Semua harus bergerak, karena contohnya sudah ada,” terangnya.
Sementara itu, Max Wambrauw menyatakan bahwa Kanwil Jatim memang sengaja dipilih sebagai lokus studi tiru karena telah terbukti menghasilkan banyak prestasi. “Kami yakin akan banyak hasil positif yang dapat kita ambil. Termasuk juga tips dan strategi bagaimana membuat tim yang solid,” tandasnya.
Terkait kenotariatan, dia juga menyampaikan berbagai persoalan yang terjadi di dalamnya. “Jumlah notaris di tempat kami tidak sebesar di Jatim. Karena itu kami ingin belajar bagaimana menangani persoalan di lapangan dengan baik,” ujarnya. (cat/rd)