Kendalikan Hama Tikus, Pemkab Fasilitasi 342 Rubuha

Ipuk sendiri sempat meninjau lahan pertanian yang telah difasilitasi pemkab rumah burung hantu di sela program Bupati Ngantor di Desa (Bunga Desa) di Desa Kedungasri, Tegaldlimo, (24/08/2022).

Kendalikan Hama Tikus, Pemkab Fasilitasi 342 Rubuha
Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani saat meninjau rubuha.

Banyuwangi, HB.net - Banyuwangi mengendalikan hama tikus pertanian dengan menggunakan burung hantu (Tyto Alba). Pemkab Banyuwangi memfasilitasi 342 rumah burung hantu (rubuha) untuk disebar ke sejumlah wilayah pertanian yang tingkat populasi tikusnya tinggi. Termasuk Kecamatan Tegaldlimo yang mendapatkan alokasi 27 rubuha. Sebelumnya, di kecamatan ini sudah terdapat 60 rubuha yang tersebar di 6 desa.

"Ini lebih ramah lingkungan. Selain mengurangi penggunaan pestisida, juga mendukung pelestarian burung hantu yang ternyata sangat bermanfaat bagi petani. Hewan ini merupakan predator alami tikus sehingga bisa melindungi tanaman petani,” kata Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, Senin (29/08/2022).

Ipuk sendiri sempat meninjau lahan pertanian yang telah difasilitasi pemkab rumah burung hantu di sela program Bupati Ngantor di Desa (Bunga Desa) di Desa Kedungasri, Tegaldlimo, (24/08/2022).

Plt Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi M. Khoiri menjelaskan, hewan ini memiliki pendengaran yang sangat tajam serta mampu terbang dan menyergap mangsanya dengan cepat tanpa suara.

“Burung hantu mampu mendengar suara tikus dari jarak 500 meter. Ini menjadikannya sebagai alternatif solusi yang paling efektif untuk menekan populasi tikus,” kata Khoiri.

Penggunaan burung hantu sebagai pengendali tikus tidak memerlukan biaya dan tenaga yang besar. Burung hantu akan datang secara sendirinya ke lokasi-lokasi yang terdapat banyak tikus, yang merupakan mangsanya. Cukup difasilitasi rubuha di sekitar areal persawahan, mereka akan menetap di lokasi tersebut.

“Tidak butuh waktu lama, rubuha yang disiapkan pasti akan ditempati. Ini sangat efisien bagi petani, dan yang paling penting tidak berdampak negatif terhadap lingkungan,” ujar Khoiri.

Pembangunan rubuha bertujuan sebagai tempat transit burung hantu liar dan diharapkan menjadi tempat tinggal bagi burung hantu untuk bisa berkembang biak, sehingga keberadaan burung hantu juga dapat dilestarikan.

Program ini disambut positif para petani. Salah satunya Solikin, ketua kelompok tani Sri Rejeki dari Desa Kedungasri, Tegaldlimo. Solikin juga salah satu penerima rubuha dari pemkab. Bersama petani lain di wilayahnya sudah sejak 2019 menggunakan burung hantu untuk mengendalikan hama tikus di lahannya. Menurutnya, cara ini sangat bermanfaat.

“Alhamdulillah dapat tambahan. Kita pasang rubuha di setiap areal HIPPA. Semoga adanya tambahan rubuha ini bisa semakin membuat sawah kami lebih aman dari hama tikus,” ujarnya. (guh/diy)